BEIJING, KOMPAS.com - Di Beijing, para pengunjuk rasa mengatakan bahwa pihak berwenang China mulai menanyai orang-orang yang ikut berunjuk rasa.
Dua pengunjuk rasa China mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa mereka dihubungi melalui telepon oleh orang yang mengaku sebagai polisi Beijing.
Para penelepon meminta mereka untuk melapor ke kantor polisi pada Selasa (29/11/2022) dengan laporan tertulis berisi kegiatan mereka sepanjang Minggu (27/11/2022) malam.
Baca juga: China Usir Kapal Angkatan Laut AS yang Masuk Secara Ilegal di Perairan Dekat Spratlys
Belum jelas bagaimana polisi mengidentifikasi orang-orang yang dihubungi untuk ditanyai, atau berapa banyak orang yang akan ditanyai polisi.
Di Shanghai dan Beijing, polisi tampak berpatroli di area yang disebut-sebut akan menjadi lokasi demonstrasi lagi, menurut beberapa grup Telegram.
Masyarakat juga mengatakan bahwa polisi meminta orang-orang yang berlalu-lalang di kawasan tersebut untuk menunjukkan telepon genggam mereka untuk memeriksa apakah mereka menggunakan jaringan virtual pribadi (VPN) dan aplikasi Telegram.
Pasalnya, VPN ilegal bagi sebagian besar penduduk China, sementara Telegram diblokir dari internet China.
Beberapa orang beralih ke aplikasi kencan online untuk bertukar pesan dengan harapan dapat menghindari penyensoran dan pengawasan polisi.
Baca juga: Demo Covid di China: Aparat Mulai Mengekang Aksi Protes, Kepung Titik Pertemuan dan Buru Demonstran
Biro Keamanan Masyarakat Beijing tidak merespons permintaan komentar.
Sementara itu, seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan, hak dan kebebasan masyarakat harus dijalankan di dalam kerangka hukum.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.