Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Antre Belasan Jam di Kuba, Warga sampai Bawa Bekal hingga Ada Joki

Kompas.com - 05/02/2022, 21:35 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

"Ini keterlaluan," gerutu Rolando Lopez, seorang pensiunan berusia 66 tahun yang tidak termasuk kuota antrean.

Beberapa puluh orang yang kurang beruntung dengan cepat membentuk antrean untuk belanja hari berikutnya, ada juga yang menunjuk "penjaga" malam untuk menjaga tempat mereka.

"Beginilah perjuangan sehari-hari Kuba. Apa lagi yang bisa Anda lakukan?" ujar ibu rumah tangga Maria Rosabal (55).

Baca juga: Antre Berjam-jam demi Bahan Bakar, Warga Lebanon Ramai-ramai Shalat di Pom Bensin

"Membuatmu tidak memilki apa-apa"

Beberapa toko di Kuba saat ini hanya menerima mata uang asing. Namun, dollar AS bukan lagi alat pembayaran yang sah dan hanya bisa diperoleh di pasar gelap.

Toko-toko ini memiliki persediaan yang lebih baik daripada yang menggunakan mata uang peso, tetapi hanya sedikit orang Kuba yang mampu membelinya.

Biasanya toko hanya memiliki dua atau tiga produk pada waktu tertentu, atau tidak sama sekali. Terkadang, orang mengantre tanpa mengetahui produk apa yang dapat mereka beli hari itu.

Produk-produk tertentu sering kali hilang sepenuhnya dari rak untuk jangka waktu tertentu, seperti halnya susu sekarang.

Ketika barang-barang itu tersedia lagi, biasanya terbatas pada toko mata uang asing dan terjual habis dalam beberapa jam.

Kelangkaan barang bukanlah hal baru. Ketika seorang warga Kuba memotong antrean, biasanya mereka akan dicaci: "Kami sudah mengantre selama 60 tahun, dan Anda masih tidak tahu caranya?"

Keadaan menjadi lebih buruk sejak mantan Presiden AS Donald Trump memperketat sanksi yang telah dijatuhkan sejak 1962, dan pandemi Covid-19 membekukan pariwisata serta memukul ekonomi global.

Situasi ini semakin diperumit oleh reformasi moneter setahun lalu yang mensyaratkan kenaikan upah signifikan di negara yang sebagian besar pekerja dipekerjakan oleh pemerintah. Namun, itu lebih lanjut memicu inflasi harga.

Baca juga: Cerita WNI Wisata Vaksin ke AS: Bisa Pilih Vaksin, Tidak Perlu Booking dan Tanpa Antre

Mencoba menahan dampaknya, pihak berwenang dengan hati-hati memindai kartu identitas setiap pembelanja dan buku jatah yang memberi warga Kuba akses ke sekeranjang produk bersubsidi pemerintah setiap bulan.

Namun, "ada orang yang memanfaatkan situasi untuk meraup penghasilan," kata Lopez yang merupakan pensiunan.

Menaruh uang kertas 100 peso (sekitar Rp 59.000) di dalam buku jatah menandakan suap untuk tidak mendaftarkan pembelian, katanya.

Cara ini digunakan oleh orang-orang yang membeli dan menjual kembali produk yang sudah langka dengan harga setinggi langit secara ilegal.

Pemerintah di Havana telah mengatakan bahwa meningkatkan produksi nasional adalah cara terbaik untuk mengatasi kekurangan dan panjangnya antrean, serta perlahan-lahan mulai membuka ekonomi untuk perusahaan swasta.

Akan tetapi, langkah-langkah itu hanya menjanjikan sedikit bantuan jangka pendek bagi konsumen seperti Lazaro Naranjo (77) yang menghabiskan dua jam dalam antrean untuk membeli ayam, tetapi pulang dengan tangan kosong.

"Itu membuat Anda tidak punya apa-apa," katanya.

Baca juga: Sopir Truk Antre Tes Covid-19 Berjam-jam, 3.500 Ayam Bawaannya Mati

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com