Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sopir Truk Antre Tes Covid-19 Berjam-jam, 3.500 Ayam Bawaannya Mati

Kompas.com - 05/02/2021, 20:45 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

TUAS, KOMPAS.com - Macet panjang buntut dari antrean tes Covid-19 membuat sopir truk harus menunggu berjam-jam, dan berakibat ribuan ayam yang diangkutnya mati.

Kemacetan parah itu terjadi di Tuas Checkpoint, jalur yang menghubungkan Malaysia dengan Singapura.

Ayam-ayam yang mati adalah ternak dari peternakan Malaysia untuk dipotong di Singapura.

Baca juga: Ayam Berkokok dari Dalam Baju, 4 Remaja di Depok Ketahuan Mencuri

World of Buzz yang melansir media Malaysia berbahasa China, Sin Chew, pada Jumat (29/1/2021) melaporkan bahwa kemacetan itu terjadi dua hari terakhir.

Para sopir truk yang masuk Singapura harus tes virus corona sehingga membuat waktu perjalanan molor sampai 13 jam.

Ketua Asosiasi Pedagang Unggas Singapura, Ong Kian Sun, mengungkapkan 3.500 ayam mati lemas setelah menempuh perjalanan selama 18 jam pada 27 Januari.

Akibatnya, sekitar 10 rumah potong hewan ikut terdampak insiden ini.

Sehari sebelumnya sekitar 2.300 ekor ayam hidup bernasib sama, dan mengakibatkan kerugian puluhan ribu dollar Singapura atau ratusan juta rupiah.

Baca juga: Pertama di Dunia, Jerman Akan Larang Pencabikan Anak Ayam Mulai 2022

Otoritas Imigrasi & Pos Pemeriksaan Singapura, Kementerian Perdagangan dan Industri, serta Badan Pangan Singapura membuat pernyataan bersama bahwa kemacetan di Tuas Checkpoint disebabkan berbagai alasan.

“Kemacetan itu karena kombinasi beberapa faktor. Volume kargo kembali ke level sebelum Covid dan dengan terus ditutupnya Bangunan Sultan Iskandar Malaysia dari pukul 19.00 hingga 07.00, serta Tahun Baru Imlek yang akan datang, volume kargo keseluruhan sekarang lebih terkonsentrasi pada waktu-waktu tertentu dalam sehari, yang menyebabkan padatnya lalu lintas,” kata mereka dikutip Kompas.com dari Malay Mail.

Malay Mail juga mewartakan, sekitar 4-5 truk ayam dari Johor menuju ke Singapura setiap harinya, dan sekitar 6 persen ayam di tiap truk akan mati dalam perjalanan, menurut perkiraan petugas operasi di Boong Poultry, Oh Wei Chiat.

"Salah satu alasan karena panas. Mereka juga berhimpitan di ruang sempit dalam waktu lama."

"Butuh waktu 2-3 jam menuju checkpoint, dilanjutkan sekitar 12 jam kemacetan. Dan mereka (ayam-ayam) itu tanpa makanan dan minuman, karena kami biasanya tidak memberi makan ayam sebelum mengangkutnya," terang Oh ke Straits Times.

Baca juga: Langgar Prokes, 2.000 Orang Antre Pembagian Ayam Beku Gratis di Malaysia

Meski semakin banyak ayam yang mati dalam pengiriman dari hari ke hari, ketua pemotongan hewan mengaku tidak tahu siapa yang harus menanggung biaya kerugian tersebut.

Dampak lainnya, sopir-sopir truk kini enggan mengemudi ke Singapura meski sudah disediakan air minum dan makanan untuk ayam.

"Sopir tidak mau mengirim karena terjebak macet lama, bisa merusak kesehatan mental mereka," kata ketua rumah jagal dikutip dari World of Buzz.

Dirinya pun berharap Pemerintah Singapura dan Malaysia bisa bekerja sama untuk menyelesaikan masalah ini.

Sejak 22 Januari sopir truk yang masuk Singapura harus menjalani tes rapid antigen Covid-19, dan jika positif mereka dilarang masuk.

Ketua Asosiasi Pedagang Unggas Singapura Ong Kian Sun mengatakan, situasi sudah membaik pada Jumat pekan lalu karena kemacetan berkurang.

Baca juga: Seorang Polisi Terbunuh oleh Seekor Ayam dalam Penggerebekan di Filipina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com