“Bukan kemanusiaan yang dilakukan Eropa dan Belarusia dengan kami,” katanya.
"Saya tahu Belarus menggunakan kami (sebagai senjata), tetapi apa yang harus kami lakukan?" tuntutnya.
"Kami tidak menyukainya," katanya, menolak digambarkan sebagai "senjata" Belarus.
Baca juga: Inggris Kirim Pasukan Kecil di Perbatasan Polandia-Belarus
“Kami di sini untuk hidup, bukan untuk berkelahi,” katanya, menunjukkan jumlah anak kecil di sekitarnya di kamp darurat.
Situasi di sisi perbatasannya sangat menyedihkan. Dia mengirim foto anak-anak kecil dengan pesan minta bantuan tergambar dalam raut wajah mereka.
Tidak ada cukup kayu untuk membuat api, tidak ada cukup makanan untuk orang-orang, dan banyak yang sakit karena suhu yang dingin, kata Kochar.
“Kami hanya ingin hal buruk ini selesai,” tambah Kochar.
“Itu hal yang buruk, menggunakan orang dan melupakan kemanusiaan,” tandasnya tentang perang hibrida yang menggunakan para migran dan pengungsi sebagai "senjata".
“Saya ingin Eropa dan seluruh dunia tahu bahwa kami dalam bahaya. Kami akan segera mati di sini. Kami akan membeku," ucapnya.
“Belarus dan Polandia menggunakan kami seperti dalam perang. Kami menginginkan kehidupan yang baik. Kami adalah manusia," ujarnya.
"Saya tidak ingin mati di sini, saya memiliki banyak ambisi, saya pikir Eropa penuh dengan kemanusiaan, tetapi saya tidak melihat apa pun sampai sekarang. Tolong, tolong bantu kami,” pintanya.
Baca juga: Rangkuman Konflik Perbatasan Belarus-Polandia yang Memanas
Maurice Stierl, dari jaringan aktivis Alarm Phone, mengatakan negara-negara Eropa belum menemukan cara lain untuk menangani masalah migrasi.
Ia melihat bahwa Uni Eropa mengganggap gelombang migran dan pengungsi di perbatasan Belarus-Polandia adalah "masalah politik raksasa".
Manurut Stierl, "Eropa memiliki sarana untuk menampung beberapa ribu orang dari hutan Belarusia.”
Stierl mengatakan tindakan pemerintah Belarus yang menjadikan para migran dan pengungsi sebagai senjata "jelas mengejutkan".
Namun jika berpaku pada pandangan mereka adalah "senjata" politik, maka mengesampingkan fakta bahwa "mereka adalah individu yang memiliki banyak alasan untuk berpindah".
Mereka "bukan hanya semacam pion yang digerakkan di papan catur oleh Lukashenko dan para pemimpin otoriter lainnya".
“Kita selalu terjebak dalam biner ini di mana mereka hanya dapat dipahami sebagai ancaman militer atau sebagai korban mutlak. Dan dalam banyak hal, kedua narasi tersebut sangat tidak manusiawi,” ungkapnya.
Baca juga: Bikin Khawatir, Rusia Kerahkan Ribuan Pasukannya ke Perbatasan dengan Ukraina
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.