Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Belarus Ancam Putus Pasokan Gas ke Uni Eropa Imbas Konflik Perbatasan

Kompas.com - 12/11/2021, 08:44 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber BBC

MINSK, KOMPAS.com - Pemimpin Belarus mengancam akan memutus pasokan gas ke Uni Eropa, jika sanksi dijatuhkan di tengah konflik migran di perbatasan Belarus-Polandia.

Ribuan migran, sebagian besar dari Irak, Suriah dan Yaman, berada di perbatasan Belarus-Polandia. Mereka bertahan dalam kondisi beku dengan harapan bisa menyeberang ke Uni Eropa.

Pejabat Uni Eropa menuduh Belarus memprovokasi meningkatnya krisis migran di perbatasan Belarus-Polandia untuk merusak keamanan kawasan.

Sebagai pembalasan kepada Belarus, Uni Eropa dilaporkan merencanakan pemberian paket sanksi baru ke negara sekutu Rusia itu.

Baca juga: Perbatasan Polandia-Belarus Memanas akibat Arus Ribuan Migran

Melansir BBC pada Jumat (12/11/2021), Presiden Belarus Alexander Lukashenko pada Kamis (11/11/2021) memperingatkan, "Jika mereka menjatuhkan sanksi tambahan pada kami...kami harus merespons".

"Kami menghangatkan Eropa, dan mereka mengancam kami," kata Lukashenko, mengacu pada pipa gas Rusia yang mengalir melalui Belarus dan masuk ke UE.

"Dan bagaimana jika kita menghentikan pasokan gas alam? Oleh karena itu, saya akan merekomendasikan para pemimpin Polandia, Lituania, dan orang-orang berkepala kosong lainnya untuk berpikir sebelum berbicara," tandasnya.

Komentar Alexander Lukashenko menimbulkan kekhawatiran baru di tengah memburuknya kekurangan gas alam dan kenaikan harga di Uni Eropa.

Komisaris ekonomi Uni Eropa Paolo Gentiloni mengatakan blok 27 anggota "tidak boleh diintimidasi".

Baca juga: Imbas Masalah Migran di Perbatasan Polandia-Belarus, Rusia Kirim Dua Pembom Nuklir

Pemimpin oposisi Belarus di pengasingan, Svetlana Tikhanovskaya, menuduh presiden "menggertak" atas ultimatum gasnya.

Namun, Katja Yafimava, dari Oxford Institute for Energy Studies mengatakan bahwa ancaman Lukashenko harus ditanggapi serius.

"Jika UE mendesak Belarus terlalu keras, kemungkinan ancaman itu bisa dilakukan," ujar Yafimava.

Menurutnya, tindakan itu dapat mendorong naiknya harga gas di seluruh Eropa, termasuk di Inggris.

Lebih banyak sanksi Uni Eropa dapat diperkenalkan pada Senin (15/11/2021). Langkah-langkah yang mungkin dilakukan termasuk menghentikan maskapai internasional yang membawa migran mendarat di bandara di ibu kota Belarus, Minsk.

Baca juga: Situasi Terkait Migran Makin Panas, Presiden Belarus Hina Polandia dan Uni Eropa

Uni Eropa juga dilaporkan mempertimbangkan sanksi terhadap maskapai penerbangan negara Rusia Aeroflot karena mengangkut migran ke Belarus, tuduhan yang dibantah Aeroflot.

Sebelumnya pada Mei, maskapai nasional Belarus, Belavia, dilarang terbang di Uni Eropa setelah penerbangan Ryanair terpaksa dialihkan ke Minsk dan seorang jurnalis pembangkang ditangkap.

Uni Eropa menuduh Belarus melakukan "serangan hibrida" di wilayahnya dengan mendorong ribuan orang untuk menyeberang ke Polandia.

Uni Eropa mengklaim kepemimpinan negara itu telah membujuk mereka dengan janji palsu untuk masuk dengan mudah ke UE sebagai bagian dari "pendekatan gaya gangster yang tidak manusiawi".

Alexander Lukashenko yang dinyatakan sebagai pemenang setelah pemilu yang didiskreditkan pada 2020, telah berulang kali membantah bahwa Belarus mengirim migran ke perbatasan Belarus-Polandia sebagai pembalasan atas sanksi Uni Eropa yang ada.

Baca juga: Polandia Sebut Putin Dalang Gelombang Migran Telantar di Perbatasan Belarus

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

Global
 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com