Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Noeleen Heyzer dari Singapura, Ditunjuk Sekjen PBB sebagai Utusan Khusus Myanmar yang Baru

Kompas.com - 27/10/2021, 20:30 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP

 

JENEWA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Antonio Guterres mengumumkan penunjukan mantan wakil sekretaris jenderal PBB, Noeleen Heyzer, dari Singapura, sebagai utusan khusus PBB yang baru untuk Myanmar yang dilanda konflik.

Dia akan menggantikan Christine Schraner Burgener dari Swiss, yang 3 tahun jabatannya melihat gerakan menuju demokrasi yang hancur dalam pengambilalihan militer Myanmar pada Februari lalu, yang memicu protes nasional. Masa jabatannya berakhir pada Minggu (31/10/2021).

Baca juga: Pemimpinnya Dilarang Muncul, Junta Militer Myanmar Boikot KTT ASEAN

Heyzer menjabat pada 1994-2007 sebagai direktur eksekutif UNIFEM, salah satu pelopor organisasi payung PBB untuk wanita yang dikenal sebagai UN Women.

Dia adalah wanita pertama yang menjabat sebagai sekretaris eksekutif Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik, pada 2007-2014, sebuah jabatan yang memberinya pangkat wakil sekretaris jenderal.

Saat ini Heyzer adalah anggota Dewan Penasihat Tingkat Tinggi Guterres untuk Mediasi, anggota dewan pengurus Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew di National University of Singapore. Dia juga anggota terhormat dari Singapore Management University dan S Rajaratnam School of International Studies.

Baik Singapura dan Myanmar adalah anggota dari 10 anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).

“Saya pikir sekretaris jenderal pasti membuat keputusan yang tepat untuk memiliki seseorang yang mengetahui kawasan itu, yang tahu bagaimana menangani secara diplomatis,” kata Schraner Burgener kepada AP pada Senin (25/10/2021).

Baca juga: KTT ASEAN Ke-38 dan 39 Dimulai Tanpa Perwakilan Junta Militer Myanmar

Utusan PBB yang meninggalkan posisinya itu mengatakan, penggantinya tidak membutuhkan nasihat, tetapi jika dia melanjutkan jabatannya, “maka saya jelas akan mencoba dan terus membantu rakyat.”

Militer Myanmar merebut kekuasaan dari pemerintah Aung San Suu Kyi pada 1 Februari. Mereka mengklaim dengan sedikit bukti bahwa pemilihan umum, yang dimenangkan partainya November lalu secara telak, dirusak oleh kecurangan pemungutan suara yang meluas.

Kudeta militer Myanmar itu memicu protes di jalanan yang coba dihancurkan oleh pasukan keamanan, dan beralih ke kekerasan dan bentrokan di seluruh negeri, dengan kelompok etnis bersenjata dan yang disebut Pasukan Pertahanan Rakyat.

Serangan balik itu telah menyebabkan lebih dari 1.100 orang tewas, kata Schraner Burgener.

Baca juga: Ribuan Militer Myanmar Bergerak ke Utara, PBB Peringatkan Kekejaman Massal Baru

ASEAN menyerukan diakhirinya kekerasan, dialog, dan mengajukan kunjungan utusan. Tetapi para pemimpin junta menolak mengizinkan pertemuan dengan Suu Kyi, sehingga kunjungan itu dibatalkan.

Dalam teguran paling tajam ASEAN terhadap pengambilalihan militer, para menteri luar negeri ASEAN tidak mengundang pemimpin militer Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, ke pertemuan puncak asosiasi 26-28 Oktober di mana krisis di negara itu menjadi agenda.

PBB mengatakan bahwa pada 2008-2009, Heyzer bekerja sama dengan ASEAN, pemerintah Myanmar dan PBB dalam upaya pemulihan, menyusul Topan Nargis dan memimpin dialog dengan para pemimpin Myanmar tentang pembangunan dan pengurangan kemiskinan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com