Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Bangun Kompleks Karantina Covid-19 Seukuran 46 Lapangan Sepak Bola

Kompas.com - 27/10/2021, 18:44 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

BEIJING, KOMPAS.com - China baru-baru ini mendirikan kompleks bangunan setara 46 lapangan sebak bola di pinggiran kota metropolitan Guangzhou untuk menampung 5.000 orang menjalankan karantina Covid-19.

Hal itu menandakan China tidak melonggarkan kewaspadaan terhadap pandemi Covid-19, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Rabu (27/10/2021).

Menurut informasi yang dikeluarkan oleh oleh pemerintah Guangzhou, kompleks karantina Covid-19 tersebut dilengkapi dengan infrastruktur "teknologi komunikasi 5G dan kecerdasan buatan", dan setiap kamar hanya dapat menampung satu orang pada satu waktu.

Baca juga: 100 Hari Jelang Olimpiade Beijing, China Mengaku Khawatir Covid-19 Jadi Tantangan Terbesar

Selain itu, setiap kamar karantina Covid-19 dilengkapi kamera pemantau di pintunya dan sistem pengiriman robot untuk "meminimalkan kontak manusia dan risiko lintas- infeksi”.

Tim konstruksi membutuhkan waktu kurang dari 3 bulan untuk menyelesaikan proyek pembangunan kompleks karantina Covid-19 di Guangzhou, seperti rumah sakit sementara Huoshenshan dan Leishenshan yang dibangun dalam waktu singkat di pusat kota Wuhan saat Covid-19 terjadi pada awal 2020.

Langkah pemerintah China membangun kompleks karantina Covid-19 untuk menampung 5.000 orang dipandang cukup aneh.

Orang-orang bertanya-tanya, kenapa China tidak melonggarkan strategi penanganan Covid-19, padahal sebagian besar dari penduduknya telah divaksin 2 dosis?

Disebutkan bahwa tidak ada indikasi pihak berwenang China berencana untuk melonggarkan pembatasan aturan perjalanan internasional.

Baca juga: China Lockdown 4 Juta Orang di Kota Lanzhou akibat Covid-19 Merebak Lagi

“Di satu sisi Anda memiliki ahli, seperti Zhong Nanshan dan Gao Fu yang menyarankan bahwa begitu tingkat vaksinasi di China mencapai lebih dari 85 persen, maka sudah waktunya untuk membuka diri,” kata Yanzhong Huang, seorang rekan di Dewan Hubungan Luar Negeri yang berbasis di Washington DC.

Zhong Nanshan dan Gao Fu disebut sebagai dua pakar kesehatan masyarakat terkemuka di China.

“Tetapi di sisi lain, semua tindakan yang ada tampaknya menunjukkan bahwa Beijing akan mempertahankan strategi tanpa toleransi,” lanjut Yanzhong Huang.

Setelah kampanye vaksinasi Covid-19 awalnya lamban, China kini telah memvaksinasi sekitar 75 persen dari total populasinya dengan Sinovac.

“Saya tinggal di Auckland dan ketika saya mendengar Selandia Baru dibuka, saya pikir hari yang sama untuk China akan segera datang juga,” kata Yang Guang, seorang warga negara China yang belajar di Auckland.

Ia mengatakanbahwa hampir 2 tahun tidak pulang ke China karena tiket penerbangan yang sangat mahal dan waktu karantina yang panjang.

“Saya sulit untuk kembali ke rumah,” keluh Yang yang gagal pulang.

Baca juga: Atasi Klaster Covid-19 dari Wisatawan, China Akan Tes 35.000 Orang di Beijing

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com