BEIJING, KOMPAS.com - China baru-baru ini mendirikan kompleks bangunan setara 46 lapangan sebak bola di pinggiran kota metropolitan Guangzhou untuk menampung 5.000 orang menjalankan karantina Covid-19.
Hal itu menandakan China tidak melonggarkan kewaspadaan terhadap pandemi Covid-19, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Rabu (27/10/2021).
Menurut informasi yang dikeluarkan oleh oleh pemerintah Guangzhou, kompleks karantina Covid-19 tersebut dilengkapi dengan infrastruktur "teknologi komunikasi 5G dan kecerdasan buatan", dan setiap kamar hanya dapat menampung satu orang pada satu waktu.
Baca juga: 100 Hari Jelang Olimpiade Beijing, China Mengaku Khawatir Covid-19 Jadi Tantangan Terbesar
Selain itu, setiap kamar karantina Covid-19 dilengkapi kamera pemantau di pintunya dan sistem pengiriman robot untuk "meminimalkan kontak manusia dan risiko lintas- infeksi”.
Tim konstruksi membutuhkan waktu kurang dari 3 bulan untuk menyelesaikan proyek pembangunan kompleks karantina Covid-19 di Guangzhou, seperti rumah sakit sementara Huoshenshan dan Leishenshan yang dibangun dalam waktu singkat di pusat kota Wuhan saat Covid-19 terjadi pada awal 2020.
Langkah pemerintah China membangun kompleks karantina Covid-19 untuk menampung 5.000 orang dipandang cukup aneh.
Orang-orang bertanya-tanya, kenapa China tidak melonggarkan strategi penanganan Covid-19, padahal sebagian besar dari penduduknya telah divaksin 2 dosis?
Disebutkan bahwa tidak ada indikasi pihak berwenang China berencana untuk melonggarkan pembatasan aturan perjalanan internasional.
Baca juga: China Lockdown 4 Juta Orang di Kota Lanzhou akibat Covid-19 Merebak Lagi
“Di satu sisi Anda memiliki ahli, seperti Zhong Nanshan dan Gao Fu yang menyarankan bahwa begitu tingkat vaksinasi di China mencapai lebih dari 85 persen, maka sudah waktunya untuk membuka diri,” kata Yanzhong Huang, seorang rekan di Dewan Hubungan Luar Negeri yang berbasis di Washington DC.
Zhong Nanshan dan Gao Fu disebut sebagai dua pakar kesehatan masyarakat terkemuka di China.
“Tetapi di sisi lain, semua tindakan yang ada tampaknya menunjukkan bahwa Beijing akan mempertahankan strategi tanpa toleransi,” lanjut Yanzhong Huang.
Setelah kampanye vaksinasi Covid-19 awalnya lamban, China kini telah memvaksinasi sekitar 75 persen dari total populasinya dengan Sinovac.
“Saya tinggal di Auckland dan ketika saya mendengar Selandia Baru dibuka, saya pikir hari yang sama untuk China akan segera datang juga,” kata Yang Guang, seorang warga negara China yang belajar di Auckland.
Ia mengatakanbahwa hampir 2 tahun tidak pulang ke China karena tiket penerbangan yang sangat mahal dan waktu karantina yang panjang.
“Saya sulit untuk kembali ke rumah,” keluh Yang yang gagal pulang.
Baca juga: Atasi Klaster Covid-19 dari Wisatawan, China Akan Tes 35.000 Orang di Beijing