Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Hentikan Bantuan dan Ancam Pemimpin Kudeta Sudan "dengan Segala Cara"

Kompas.com - 26/10/2021, 20:25 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pemerintah AS menyatakan, mereka menahan bantuan dan mengancam akan menggunakan "segala cara" kepada pemimpin kudeta militer.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS menerangkan, mereka sudah membekukan bantuan ekonomi senilai 700 juta dollar (Rp 9,8 triliun).

"Sejauh ini belum ada sepeser pun dana yang ditransfer ke mereka," kata Ned Price dalam konferensi pers Senin (25/10/2021).

Baca juga: Kudeta Sudan Tewaskan 7 Orang dan 140 Orang Terluka Saat Militer Tembaki Massa

Pendanaan itu dimaksudkan membantu transisi Sudan ke negara demokrasi, setelah pemimpin sebelumnya Omar Bashir dilengserkan pada 2019.

Tetapi, transisi tersebut berubah menjadi bencana setelah militer melakukan kudeta dengan menangkap sejumlah pejabat negara.

Perdana Menteri Abdallah Hamdok dan para menterinya ditangkap dalam penyerbuan yang berlangsung subuh waktu setempat.

Jenderal sekaligus pemimpin kudeta, Abdul Fattah Al-Burhan, membubarkan pemerintahan dan mengumumkan militer akan mengambil alih transisi.

Kepada awak media, Price menjelaskan Washington belum menerima perkembangan apapun mengenai kudeta militer tersebut.

Karena itu, dia tidak bisa menjabarkan mengenai di mana Hamdok dan seperti apa perkembangan terbarunya.

Baca juga: Kudeta Sudan: Militer Bubarkan Pemerintah, Umumkan Keadaan Darurat

Dia kemudian memperingatkan supaya militer negara di Afrika Utara itu segera membebaskan para pejabat yang ditahan.

"AS bersedia menggunakan segala cara yang tepat untuk meminta pertanggungjawaban mereka yang mencoba menggagalkan aspirasi rakyat Sudan," kata dia dikutip RT.

Meski tidak menjabarkan kebijakan apa yang dimaksud, Price berseloroh unjuk rasa bisa memberi tekanan ke angkatan bersenjata.

Baca juga: Kudeta Sudan: PM Abdalla Hamdok Dibawa ke Tempat Rahasia


Tak lama setelah Price menggelar jumpa pers, muncul massa yang menamakan dirinya Pasukan Perubahan dan Kemerdekaan.

Kelompok itu menyerukan adanya pembangkangan massal, dan menjanjikan akan memenuhi jalanan guna menggulingkan junta militer.

Aksi protes menentang junta disambut dengan kekerasan. Sejauh ini tujuh orang tewas dan puluhan lainnya terluka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com