Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Kompas.com - 27/04/2024, 10:54 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Rektor atau Presiden Universitas Columbia Nemat Minouche Shafik mendapat kecaman dari banyak pihak karena memanggil polisi New York untuk membongkar paksa tenda perkemahan para pedemo di kampus.

Mereka yang mengecam ialah mahasiswa, dosen, dan pengamat dari luar untuk membubarkan pedemo yang menentang perang Israel-Hamas di Gaza Palestina.

Setelah pertemuan dua jam pada hari Jumat, Senat Universitas Columbia menyetujui resolusi bahwa pemerintahan Shafik telah merusak kebebasan akademik dan mengabaikan privasi dan hak proses hukum mahasiswa dan anggota fakultas dengan memanggil polisi.

Baca juga: Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

"Keputusan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran serius mengenai penghormatan pemerintah terhadap tata kelola bersama dan transparansi dalam proses pengambilan keputusan di universitas," kata senat Universitas Columbia, dikutip dari Reuters pada Sabtu (27/4/2024).

Senat yang sebagian besar terdiri dari dosen dan staf lain, ditambah beberapa mahasiswa, tidak menyebut nama Shafik dalam resolusinya dan menghindari kata-kata kecaman yang lebih keras.

Resolusi tersebut membentuk satuan tugas yang dikatakan akan memantau tindakan korektif yang diminta senat kepada pemerintah untuk menangani protes.

Belum ada tanggapan segera terhadap resolusi tersebut dari Shafik, yang merupakan anggota senat tapi tidak menghadiri pertemuan hari Jumat (26/4/2024).

Baca juga: Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Juru bicara Universitas Columbia Ben Chang mengatakan, pemerintah memiliki tujuan yang sama dengan senat, yakni untuk memulihkan ketenangan di kampus dan berkomitmen untuk berdialog berkelanjutan.

Polisi menangkap lebih dari 100 orang di kampus Columbia minggu lalu dan memindahkan tenda dari halaman utama kampus sekolah di Manhattan.

Namun, para pengunjuk rasa segera kembali dan mendirikan tenda lagi sehingga mempersempit pilihan Columbia untuk membongkar perkemahan tersebut.

Sejak itu, ratusan pengunjuk rasa telah ditangkap di sekolah-sekolah dari California hingga Boston ketika para siswa mendirikan kamp serupa dengan yang ada di Columbia.

Mereka menuntut agar sekolahnya divestasi dari perusahaan-perusahaan yang terlibat dengan militer Israel.

Pada hari Jumat, setidaknya 40 pengunjuk rasa ditangkap di Denver di Kampus Auraria, sebuah institusi yang dimiliki oleh Universitas Colorado Denver, Universitas Negeri Metropolitan Denver, dan Community College of Denver, menurut siaran pers dari sekolah tersebut.

Sementara itu, beberapa blok dari Gedung Putih, sekitar 200 pengunjuk rasa di Universitas George Washington masih berkumpul untuk hari kedua pada hari Jumat.

Baca juga: Warga Israel Demo Tuntut PM Netanyahu Mundur

Pihak kampus mengatakan, mahasiswanya tidak mengikuti petunjuk untuk keluar, dan beberapa dari mereka diskors dan dilarang masuk kampus untuk sementara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com