Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban KDRT Afghanistan Dipaksa Memilih: Kembali Disiksa atau Tinggal di Penjara Terbengkalai

Kompas.com - 29/09/2021, 14:27 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

 

KABUL, KOMPAS.com - Setelah Taliban mengambil alih Afghanistan, 20 perempuan di tempat perlindungan yang melarikan diri dari kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), mengalami dilema penangkaran baru di bawah aturan kelompok militan.

Ketika Taliban datang ke tempat perlindungan di Afghanistan utara, mereka memberi para wanita itu pilihan kembali ke rumah yang kejam dan mungkin terancam nyawanya, atau berada di bawah pengawasan Taliban.

Baca juga: Taliban Serukan AS Berhenti Terbangkan Drone di Afghanistan

Sebagian besar perempuan Afghanistan itu mempertaruhkan keberuntungan mereka untuk kembali ke rumah.

Salah satu yang selamat karena memilih pergi dengan Taliban mengatakan setidaknya satu wanita terbunuh, kemungkinan oleh anggota keluarga yang marah setelah kembali ke rumah.

Kepada AP, korban selamat mengidentifikasi dirinya sebagai Salima. Dia memilih pergi bersama Taliban, meski tidak tahu apa yang akan terjadi dengan nasibnya, dan tidak punya tempat lain untuk pergi.

Taliban menempatkannya di sebuah penjara wanita yang ditinggalkan, di mana dia mengaku aman sejauh ini.

Di bawah pemerintahan Taliban atau tidak, perempuan Afghanistan yang sangat konservatif dan masyarakat suku sering tunduk pada kode perilaku kuno, yang membuat mereka bertanggung jawab atas kehormatan keluarga mereka.

Mereka bisa dibunuh hanya karena menikahi pria pilihan mereka. Mereka sering menikah saat pubertas. Sementara melarikan diri bahkan dari suami yang kasar dianggap sebagai aib.

Seorang wanita Afghanistan berjalan keluar dari sel di dalam bagian wanita penjara Pul-e-Charkhi di Kabul, Afghanistan, Kamis, 23 September 2021.AP PHOTO/FILIPE DANA Seorang wanita Afghanistan berjalan keluar dari sel di dalam bagian wanita penjara Pul-e-Charkhi di Kabul, Afghanistan, Kamis, 23 September 2021.

Baca juga: Taliban Sementara Akan Adopsi Konstitusi Monarki 1964, dengan Sejumlah Pembatasan

Ratusan wanita dipenjara karena apa yang disebut "kejahatan moral", termasuk perzinahan atau melarikan diri dari rumah. Padahal mereka tidak secara resmi melakukan kejahatan di bawah hukum pidana Afghanistan.

Selama dua dekade terakhir, para aktivis mendirikan puluhan tempat penampungan perempuan di sekitar Afghanistan.

Tetapi bahkan sebelum pengambilalihan Taliban, orang Afghanistan yang konservatif, termasuk pejabat pemerintah, memandang mereka dengan kecurigaan.

Tempat perlindungan itu kerap dilihat sebagai tempat yang membantu perempuan dan anak perempuan menentang keluarga mereka, atau bersekongkol dengan "kejahatan moral."

Tempat penampungan wanita hanyalah salah satu dari segudang perubahan sosial, yang menjadi lebih umum dalam 20 tahun terakhir.

Baca juga: POPULER GLOBAL: 9 dari 10 Gadis Remaja di Malaysia Kecanduan Seks | Taliban Eksekusi Mantan Pemimpin ISIS-K

Selain itu, media sosial dan internet hingga pengusaha wanita dan hakim wanita juga bermunculan, kondisinya sangat berbeda dari ketika Taliban terakhir mengambil alih kekuasaan pada 1996.

Sekarang sejak menduduki Kabul dan merebut kekuasaan pada 15 Agustus, kelompok militan garis keras itu bergulat dengan bagaimana menghadapi perubahan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com