Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban KDRT Afghanistan Dipaksa Memilih: Kembali Disiksa atau Tinggal di Penjara Terbengkalai

Kompas.com - 29/09/2021, 14:27 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Dengan kepemimpinan Taliban yang kadang-kadang tidak pasti ketentuannya, para milisi di lapangan kerap bertindak sendiri.

Salima dibawa ke Kabul, bersama dengan wanita lain, Razia, yang telah tinggal di penampungan hampir setahun setelah melarikan diri dari saudara iparnya yang kejam.

Tanpa tempat untuk menempatkan mereka, Taliban menempatkan mereka di bagian wanita dari penjara yang ditinggalkan di kompleks penjara utama Afghanistan, Pul-e-Charkhi.

Penjara itu kosong karena ketika Taliban mengambil alih Kabul, mereka membebaskan semua narapidana, termasuk ribuan pria, 760 wanita dan lebih dari 100 anak-anak, menurut administrator baru penjara Taliban, Mullah Abdullah Akhund.

Baca juga: Menhan AS Mengaku Terkejut Pasukan Afghanistan Runtuh di Hadapan Taliban

AP mendapat akses langka kepada para wanita di penjara. Sekarang hanya ada enam wanita di sana, termasuk Salima dan Razia.

Sebuah gerbang baja besar mengarah ke penjara wanita. Gulungan kawat berduri dipasang di atas dinding setinggi 20 kaki.

Di dalam, para wanita bergerak bebas dengan anak-anak mereka. Putri Salima yang berusia 5 tahun, Maria dan putranya Mohammad, 6 tahun, menghabiskan sebagian besar hari mereka di kamar utama yang besar dan berkarpet.

Tidak ada sekolah dan hanya boneka beruang merah raksasa dan beberapa mainan kecil untuk hiburan mereka.

“Kami kebanyakan berdoa dan membaca Alquran sepanjang hari,” kata Salima melansir Newsweek pada Kamis (29/9/2021).

Salima mengaku tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi untuk saat ini, tanpa uang dan keluarga, dia merasa aman di penjara itu.

Baca juga: Taliban Tak Lagi Izinkan Perempuan Afghanistan Mengajar atau Kuliah di Universitas

Sejak mengambil alih kekuasaan, tanggapan Taliban terhadap tempat penampungan wanita bervariasi.

Di kota Herat bagian barat, beberapa tempat itu ditutup, kata Suraya Pakzad, seorang aktivis hak-hak perempuan dari Herat yang membuka beberapa tempat penampungan.

Pakzad mengatakan Jumat (24/9/2021) dalam pesan teks dari sebuah tempat persembunyian bahwa dia menghadapi ancaman dari semua sisi, dari Taliban dan dari keluarga para wanita yang berlindung di tempat penampungannya.

Selama beberapa tahun terakhir, Pakzad dan wanita lainnya mendesak untuk bersuara dalam negosiasi antara pemerintah yang didukung AS saat itu dan Taliban. Tapi sekarang mereka pun kesulitan menyelamatkan dirinya sendiri.

Pakzad membagikan surat perintah penangkapan untuknya, dan tujuh aktivis dan jurnalis lainnya dari Afghanistan barat, yang dikeluarkan oleh kepala polisi baru Taliban di Herat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com