Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Larang Wanita Afghanistan Keluar Rumah, Ternyata Ini Alasannya

Kompas.com - 25/08/2021, 22:51 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

Pada Minggu (22/8/2021) lalu, setidaknya tujuh warga sipil Afghanistan meninggal dunia di luar Bandara Kabul, saat ribuan orang berdesak-desakan dalam situasi panik dan dipenuhi kekacauan, kata Kementerian Pertahanan Inggris.

Baca juga: Taliban: Evakuasi Apa pun di Afghanistan Lewat 31 Agustus Adalah Ilegal

"Kami melakukan segala upaya yang bisa kami lakukan untuk mengelola situasi keamanan," kata seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Inggris dalam sebuah pernyataan, Minggu (22/8/2021).

Seorang saksi mata mengungkapkan dari tujuh orang yang meninggal, setidaknya empat orang diantaranya berjenis kelamin perempuan.

Kekacauan terjadi setelah beredar informasi yang menyebutkan bahwa sejumlah negara akan menghentikan proses evakuasi di bandara Kabul dalam beberapa hari ke depan, ungkap saksi mata tersebut kepada BBC.

Sekitar 4.500 tentara AS menguasai dan mengendalikan Bandara Internasional Hamid Karzai, dan sekitar 900 tentara Inggris berpatroli di lokasi tersebut untuk mengamankan penerbangan upaya evakuasi.

Adapun para petempur Taliban sejauh ini terus berjaga di pos pemeriksaan di sekeliling bandara dan menghalangi warga Afghanistan yang tidak memiliki dokumen perjalanan.

Sepekan lalu kelompok Taliban menguasai seluruh negeri, dan ribuan orang terus berkerumun di sekitar bandara Kabul dalam situasi putus asa untuk dapat meninggalkan negeri itu.

Baca juga: Disebut Biden Sebagai Musuh Besar Taliban, Apa Itu ISIS-K?

Laporan media-media lokal menyebutkan kantor pemerintah, termasuk kantor keimigrasian, dan bank-bank, tetap tutup di ibu kota Kabul.

Kim Sengupta, wartawan surat kabar The Independent yang berada di lokasi, mengungkapkan kekacauan timbul setelah ada lonjakan kerumunan di sekitar bandara.

Menurutnya, lonjakan massa yang berlangsung cepat itu terjadi setelah mereka mendengar informasi bahwa sejumlah negara akan menghentikan evakuasi dalam beberapa hari ke depan.

"Itu menambah rasa panik yang sudah ada," kata Kim Sengupta kepada BBC tentang apa yang dia saksikan.

Dia menyaksikan, setidaknya empat perempuan meninggal dunia dan tiga lainnya dalam kondisi sekarat, setelah dalam ribuan orang berdesak-desakan seperti "gelombang ombak" yang datang tiba-tiba.

"Tidak ada suara tembakan, hanya saling berdesakan, dan suhu panas yang menyengat, ditambah kepanikan," tambahnya.

Baca juga: Biden Sebut Taliban Bantu Proses Evakuasi Warga AS dari Afghanistan

Sebelumnya, seorang pejabat pertahanan AS telah memperingatkan kemungkinan adanya serangan di bandara Kabul oleh kelompok militan yang menyebut dirinya Negara Islam atau ISIS, yang menentang Taliban.

AS mengimbau kepada warganya agar tidak pergi ke bandara Kabul kecuali diperintahkan untuk melakukannya, demi keselamatan mereka sendiri.

Sementara itu, muncul kekhawatiran yang terus berkembang terkait batas waktu penarikan pasukan AS dari Afghanistan pada 31 Agustus nanti, dalam upaya mengevakuasi warga AS di negara itu.

Walaupun Presiden AS Joe Biden mengatakan kemungkinan batas waktu itu bisa diperpanjang, namun pimpinan Uni Eropa memperingatkan bahwa "tidak mungkin" mengevakuasi semua orang warga Afghanistan yang berniat meninggalkan negara itu, pada akhir Agustus.

Baca juga: Bank Dunia Setop Pendanaan Proyek di Afghanistan Setelah Taliban Berkuasa

Taliban memburu kolaborator pasukan AS, menurut dokumen PBB

Sebelumnya, dokumen PBB menunjukkan Taliban menggencarkan upaya untuk memburu mereka yang pernah bekerja dengan pasukan Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Dokumen rahasia itu diterbitkan oleh Norwegian Centre for Global Analyses, yang memberikan informasi intelijen kepada PBB.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com