Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lembah Panjshir, antara Kartu As atau Bumerang Pejuang Afghanistan Melawan Taliban

Kompas.com - 24/08/2021, 21:09 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

PANJSHIR, KOMPAS.com - Pejuang Afghanistan yang menempati Lembah Panjshir terus menghimpun kekuatan untuk membasmi Taliban.

Dari atas gunung terjal yang telah menahan penjajah asing selama beberapa dekade, pejuang anti-Taliban menembakkan senapan mesin berat yang terpasang ke lembah yang dalam.

Mereka adalah anggota Front Perlawanan Nasional (NRF), kelompok oposisi Afghanistan paling menonjol yang muncul sejak Taliban merebut Kabul sembilan hari lalu.

Baca juga: Mengenal Lembah Panjshir, Satu-satunya Wilayah yang Belum Ditaklukkan Taliban

Dengan barisan mantan tentara pemerintah di jajarannya, NRF mendirikan sarang senapan mesin, mortir, dan pos pengawasan yang dibentengi dengan karung pasir untuk mengantisipasi serangan Taliban di benteng mereka, Lembah Panjshir.

Para pejuangnya, banyak dari mereka mengenakan seragam kamuflase militer, berpatroli di daerah itu dengan Humvee buatan AS dan truk-truk pikap bersenapan mesin terpasang di bagian belakang.

Banyak yang membawa senapan serbu, granat berpeluncur roket, dan walkie-talkie. Beberapa berpose di kendaraan mereka dengan latar belakang puncak yang tertutup salju di lembah, sekitar 80 kilometer utara Kabul.

"Kami akan menggosok wajah mereka di tanah," kata seorang pejuang di sebuah posisi ketinggian Panjshir kepada AFP, saat mengingat kemenangan masa lalu melawan Taliban.

Kelompok bersenjata Afghanistan yang mendukung pasukan keamanan melawan Taliban, berdiri dengan senjata dan kendaraan Humvee mereka di daerah Parakh, Bazarak, provinsi Panjshir, 19 Agustus 2021. AFP PHOTO/AHMAD SAHEL ARMAN Kelompok bersenjata Afghanistan yang mendukung pasukan keamanan melawan Taliban, berdiri dengan senjata dan kendaraan Humvee mereka di daerah Parakh, Bazarak, provinsi Panjshir, 19 Agustus 2021.
Lembah strategis yang sebagian besar dihuni oleh etnis Tajik ini menawarkan titik pertahanan alami, dengan pintu masuk sempit di bawah bayang-bayang pegunungan tinggi.

"Jika panglima perang Taliban melancarkan serangan, mereka tentu saja akan menghadapi perlawanan keras dari kami," ancam Ahmad Massoud, salah satu pemimpin NRF, dalam opini editorial Washington Post pekan lalu.

Dia adalah putra mendiang komandan gerilya Ahmad Shah Massoud, yang dihormati karena mengubah Lembah Panjshir menjadi benteng anti-Soviet dan anti-Taliban.

Persiapan defensif sudah menjadi hal biasa bagi warga Panjshir yang melihat Massoud menggagalkan beberapa serangan Soviet pada 1980-an, dan upaya Taliban untuk merebut daerah itu pada akhir 1990-an.

Seorang juru bicara NRF mengatakan kepada AFP pada akhir pekan, pihaknya siap melawan setiap agresi Taliban, tetapi juga ingin bernegosiasi tentang pemerintahan yang inklusif.

Baca juga: Lembah Panjshir, Satu-satunya Wilayah Afghanistan yang Sulit Ditaklukan Taliban, Soviet hingga Inggris

Ancaman dari pengepungan Taliban

Seorang milisi berdiri bersama anggota pasukan pemerintah Afghanistan pada 19 Agustus 2021. Wakil Presiden Amrullah Saleh dan pemimpin milisi lokal Ahmad Massoud dilaporkan membentuk kembali kelompok perlawanan terhadap Taliban di Lembah Panjshir.AFP PHOTO/AHMAD SAHEL ARMAN Seorang milisi berdiri bersama anggota pasukan pemerintah Afghanistan pada 19 Agustus 2021. Wakil Presiden Amrullah Saleh dan pemimpin milisi lokal Ahmad Massoud dilaporkan membentuk kembali kelompok perlawanan terhadap Taliban di Lembah Panjshir.
Taliban pun mengatakan, mereka ingin menangani situasi secara damai, tetapi juga mengirim ratusan anggotanya ke daerah itu.

Panjshir dikepung dari tiga sisi, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan pada Senin (23/8/2021).

Mantan wakil presiden Amrullah Saleh, yang menuju ke lembah setelah jatuhnya Kabul, mengatakan bencana kemanusiaan sedang terjadi.

Halaman:
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com