Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Taliban Larang Wanita Afghanistan Keluar Rumah, Ternyata Ini Alasannya

"Ini prosedur yang sangat sementara," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid dalam jumpa pers Selasa (24/8/2021).

"Pasukan keamanan kami belum dilatih untuk menghadapi perempuan - bagaimana bicara dengan sebagian dari mereka," kata Mujahid dalam jumpa pers di Kabul.

"Sampai itu dilakukan dan kami memiliki prosedur keamanan ... kami meminta perempuan tetap di rumah," tambahnya.

Mujahid juga mengatakan mereka tidak memiliki daftar orang yang diburu untuk balas dendam dan menyebut bahwa mereka "telah melupakan semua hal di masa lalu".

Pernyataan Mujahid itu muncul di tengah laporan bahwa kelompok itu melakukan eksekusi yang disebut oleh Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB Michelle Bachelet berasal dari "laporan kredibel".

Pelanggarakan HAM lain, termasuk pembatasan hak perempuan dan merekrut tentara anak, kata Bachelet kepada Dewan HAM PBB.

Taliban menerapkan syariah secara ketat saat menguasai Afghanistan sebelum 2001.

Sejak menguasasi kembali Afghanistan, sembilan hari lalu, kelompok militan itu mencoba menunjukkan citra yang lebih positif dengan janji menghargai hak perempuan serta kebebasan berbicara.

Namun sejumlah pihak menyatakan skeptis di tengah laporan banyaknya perempuan yang belum menikah di sejumlah daerah bersembunyi di rumah karena diancam akan dinikahi secara paksa oleh mereka.

Bachelet mengatakan hak perempuan adalah "landasan penting" dan ia menyerukan kepada negara anggota PBB untuk menciptakan badan khusus mengawasi hak asasi manusia di Afghanistan.

Pekan lalu, organisasi HAM, Amnesty Internasinal mengatakan Taliban baru-baru ini "membantai" dan secara brutal menyiksa kelompok minoritas Hazara.

Para saksi mata - yang memberikan kesaksian yang mengerikan - terkait pembunuhan awal Juli di Provinsi Ghazni.

Amnesty mengatakan insiden itu merupakan "indikator mengerikan" tentang kekuasaan Taliban.

Warga Afghanistan sebaiknya tidak keluar negeri

Dalam pernyataan lain, jubir Taliban, Muhajid mengatakan tak akan mengizinkan warga ke bandara karena kacaunya situasi.

Mujahid mendesak warga Afghanistan yang berupaya menuju Kabul untuk kembali ke rumah dan meminta Amerika Serikat untuk mendorong mereka keluar dari bandara.

Pasukan Amerika Serikat yang menguasai bandara Kabul mengatakan lebih dari 58.000 orang, sebagian besar orang Afghanistan, telah dievakuasi.

Muhajid juga mengatakan tidak akan memperpanjang batas waktu evakuasi tanggal 31 Agustus karena akan melanggar perjanjian dengan AS.

Negara-negara sekutu AS telah memperingatkan bahwa mereka tidak akan mampu mengevakuasi semua yang mencoba melarikan diri dari Taliban pada batas waktu itu.

Pada Minggu (22/8/2021) lalu, setidaknya tujuh warga sipil Afghanistan meninggal dunia di luar Bandara Kabul, saat ribuan orang berdesak-desakan dalam situasi panik dan dipenuhi kekacauan, kata Kementerian Pertahanan Inggris.

"Kami melakukan segala upaya yang bisa kami lakukan untuk mengelola situasi keamanan," kata seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Inggris dalam sebuah pernyataan, Minggu (22/8/2021).

Seorang saksi mata mengungkapkan dari tujuh orang yang meninggal, setidaknya empat orang diantaranya berjenis kelamin perempuan.

Kekacauan terjadi setelah beredar informasi yang menyebutkan bahwa sejumlah negara akan menghentikan proses evakuasi di bandara Kabul dalam beberapa hari ke depan, ungkap saksi mata tersebut kepada BBC.

Sekitar 4.500 tentara AS menguasai dan mengendalikan Bandara Internasional Hamid Karzai, dan sekitar 900 tentara Inggris berpatroli di lokasi tersebut untuk mengamankan penerbangan upaya evakuasi.

Adapun para petempur Taliban sejauh ini terus berjaga di pos pemeriksaan di sekeliling bandara dan menghalangi warga Afghanistan yang tidak memiliki dokumen perjalanan.

Sepekan lalu kelompok Taliban menguasai seluruh negeri, dan ribuan orang terus berkerumun di sekitar bandara Kabul dalam situasi putus asa untuk dapat meninggalkan negeri itu.

Laporan media-media lokal menyebutkan kantor pemerintah, termasuk kantor keimigrasian, dan bank-bank, tetap tutup di ibu kota Kabul.

Kim Sengupta, wartawan surat kabar The Independent yang berada di lokasi, mengungkapkan kekacauan timbul setelah ada lonjakan kerumunan di sekitar bandara.

Menurutnya, lonjakan massa yang berlangsung cepat itu terjadi setelah mereka mendengar informasi bahwa sejumlah negara akan menghentikan evakuasi dalam beberapa hari ke depan.

"Itu menambah rasa panik yang sudah ada," kata Kim Sengupta kepada BBC tentang apa yang dia saksikan.

Dia menyaksikan, setidaknya empat perempuan meninggal dunia dan tiga lainnya dalam kondisi sekarat, setelah dalam ribuan orang berdesak-desakan seperti "gelombang ombak" yang datang tiba-tiba.

"Tidak ada suara tembakan, hanya saling berdesakan, dan suhu panas yang menyengat, ditambah kepanikan," tambahnya.

Sebelumnya, seorang pejabat pertahanan AS telah memperingatkan kemungkinan adanya serangan di bandara Kabul oleh kelompok militan yang menyebut dirinya Negara Islam atau ISIS, yang menentang Taliban.

AS mengimbau kepada warganya agar tidak pergi ke bandara Kabul kecuali diperintahkan untuk melakukannya, demi keselamatan mereka sendiri.

Sementara itu, muncul kekhawatiran yang terus berkembang terkait batas waktu penarikan pasukan AS dari Afghanistan pada 31 Agustus nanti, dalam upaya mengevakuasi warga AS di negara itu.

Walaupun Presiden AS Joe Biden mengatakan kemungkinan batas waktu itu bisa diperpanjang, namun pimpinan Uni Eropa memperingatkan bahwa "tidak mungkin" mengevakuasi semua orang warga Afghanistan yang berniat meninggalkan negara itu, pada akhir Agustus.

Taliban memburu kolaborator pasukan AS, menurut dokumen PBB

Sebelumnya, dokumen PBB menunjukkan Taliban menggencarkan upaya untuk memburu mereka yang pernah bekerja dengan pasukan Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Dokumen rahasia itu diterbitkan oleh Norwegian Centre for Global Analyses, yang memberikan informasi intelijen kepada PBB.

"Taliban menangkap, atau mengancam membunuh, atau menangkap anggota keluarga atau individu yang menjadi sasaran kecuali mereka menyerahkan diri kepada Taliban," tulis dokumen yang telah dilihat BBC.

Dokumen itu menyebutkan mereka yang menghadapi risiko adalah yang memiliki posisi di militer, kepolisian dan unit investigasi.

"Taliban telah mengidentifikasi individu-individu sebelum mengambil alih semua kota-kota besar," tulis dokumen itu.

Dokumen itu juga menyebutkan para milisi Taliban menyaring individu-individu dan mengizinkan evakuasi sebagian personel asing dari bandara Kabul, namun situasi di bandara masih tetap "kacau."

Dalam jumpa pers pertama sejak menguasai Kabul, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid menyatakan kelompoknya akan memberikan amnesti kepada semua warga Afghanistan.

Menurut laporan itu, Taliban merekrut jaringan informan baru untuk bekerja sama dengan rezim baru.

Sementara itu dalam dua hari terakhir, protes anti-Taliban terjadi di sejumlah kota, dengan warga membawa bendera Afghanistan.

Warga Afghanistan melakukan protes bertepatan dengan peringatan kemerdekaan 102 tahun Afghanistan pada Kamis (19/8/2021), yang jatuh pada siatuasi yang sangat tidak pasti.

Salah satu video yang dibagikan di media sosial menunjukkan massa di Kabul meneriakkan "bendera kami, identitas kami", sambil membawa bendera nasional berwarna hitam, merah dan hijau.

Kantor berita Reuters - mengutip sejumlah saksi - melaporkan beberapa orang kemungkinan meninggal dalam protes serupa di Asadabad, akibat tembakan atau karena terinjak-injak setelah terjadi tembakan ke udara.

Laproran tentang jatuhnya korban itu muncul setelah beberapa orang juga dilaporkan meninggal dalam protes serupa di kota Jalalabad.

Video di media sosial menunjukkan sejumlah pengunjuk rasa mengganti beberapa bendera Taliban di sejumlah tempat, tindakan penentangan terhadap kelompok yang kembali menguasai Afghanistan.

Setidaknya 12 orang meninggal di bandara Kabul sejak hari Minggu lalu, menurut seorang pejabat Taliban.

Negara-negara Barat masih terus melakukan evakuasi warga mereka serta warga Afghanistan yang selama ini bekerja dengan mereka.

Taliban sendiri mengatakan "mereka mematuhi" janji dengan mendukung pasukan asing melakukan evakuasi warga mereka dari Kabul, kata pejabat kelompok itu kepada kantor berita Reuters.

"Kami membantu jalan keluar aman, bukan hanya orang asing tetapi juga orang Afghanistan," kata pejabat itu

"Kami mencegah bentuk kekerasan, termasuk dalam bentuk verbal di bandara di antara orang Afghanistan, orang asing dan anggota Taliban," tambahnya.

Namun, sejumlah laporan menyebutkan Taliban tidak mengizinkan orang masuk ke bandara Kabul, walaupun mereka punya visa.

https://www.kompas.com/global/read/2021/08/25/225142670/taliban-larang-wanita-afghanistan-keluar-rumah-ternyata-ini-alasannya

Terkini Lainnya

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Internasional
New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

Global
Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Global
Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Global
Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Global
Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Global
China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

Global
Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Global
Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Global
Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Global
Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Global
China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

Global
Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

Global
Perempuan Ini Bawa 2 Kg Kokain di Rambut Palsunya

Perempuan Ini Bawa 2 Kg Kokain di Rambut Palsunya

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke