Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Hari Kuasa Taliban di Afghanistan: 640 Orang Jejali Pesawat AS, Milisi Berpatroli di Jalanan

Kompas.com - 18/08/2021, 10:22 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

"Saya adalah Presiden AS dan gangguan kecil tidak akan menghentikan saya," ujar dia dalam konferensi pers di Gedung Putih.

Presiden dari Partai Demokrat itu mengaku "sedih" dengan situasi yang mengkhawatirkan yang terjadi terutama di Kabul.

Sementara itu, BBC melaporkan bahwa para Taliban ada di berbagai titik di Kabul, termasuk di pos-pos pemeriksaan yang dulunya merupakan barikade polisi atau tentara Afganistan.

Kepanikan tidak begitu terlihat di Kabul pada Senin (16/8/2021). Kondisi pada Senin berbeda dengan yang terjadi pada Minggu.

Baca juga: Taliban Tukar AK-47 Rusia dengan Senapan Buatan AS yang Disita Saat Ambil Alih Afghanistan

Di sejumlah lokasi, milisi Taliban mengatur lalu lintas. Mereka menggeledah mobil, terutama kendaraan yang dulunya milik polisi dan tentara. Mereka telah mengambil semua kendaraan itu dan menggunakannya.

Warga takut dan merasa kondisi dapat berubah menjadi buruk kapan saja, sehingga mereka memilih untuk tetap tinggal di rumah.

Kondisi di pusat kota Kabul berbeda dengan Bandara Hamid Karzai. Di Bandara tersebut, ribuan orang masih memadatinya sambil berharap dapat pergi dari negara itu dengan menupang pesawat-pesawat evakuasi.

Selain itu, masih ada 15 Warga Negara Indonesia (WNI) yang masih berada di Afghanistan saat negara tersebut diambil alih Taliban.

Baca juga: Taiwan Tidak Akan Runtuh Seperti Afghanistan jika Diserang, Klaim PM Su Tseng

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemlu RI) Teuku Faizasyah mengatakan, pemerintah masih memperhatikan perkembangan di lapangan.

“Belum bisa dikonfirmasi waktunya (evakuasi) ... memperhatikan perkembangan di lapangan,” ujar Faizasyah kepada Kompas.com.

Pada Selasa (17/8/2021), Taliban menggelar konferensi pers pertama yang disampaikan oleh juru bicara kelompok tersebut, Zabihullah Mujahid.

Dalam konferensi pers tersebut, mereka berjanji menghormati hak perempuan Afghanistan menurut syariah (hukum Islam).

Baca juga: Taliban Kuasai Afghanistan, Patutkah Indonesia Khawatir Akan Potensi Teror?

Pasukan Taliban menduduki istana presiden Afghanistan di Kabul yang telah ditinggalkan Ashraf Ghani, Minggu (15/8/2021).AP PHOTO/ZABI KARIMI Pasukan Taliban menduduki istana presiden Afghanistan di Kabul yang telah ditinggalkan Ashraf Ghani, Minggu (15/8/2021).

"Jika pertanyaan ini berdasarkan ideologi dan kepercayaan, tidak ada yang berubah," jelas Mujahid dilansir AFP.

"Tetapi, jika kami merujuk pada pengalaman, kematangan, dan persepsi, tidak diragukan lagi banyak perbedaannya," lanjutnya.

Mujahid menegaskan, Taliban berhak mengatur Afghanistan berdasarkan prinsip keagamaan yang mereka anut.

Mujahid mengatakan, wanita berhak mendapat pendidikan hingga jenjang universitas, yang sempat dilarang pada periode 1996-2001.

Baca juga: Mayat Manusia Ditemukan di Pesawat Transportasi AS yang Terbang dari Afghanistan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com