Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

3 Hari Kuasa Taliban di Afghanistan: 640 Orang Jejali Pesawat AS, Milisi Berpatroli di Jalanan

KABUL, KOMPAS.com – Pada Minggu (15/8/2021), Taliban kembali merebut ibu kota Afghanistan, Kabul, setelah tersingkir 20 tahun lamanya akibat digulingkan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.

Buntut jatuhnya Kabul ke Taliban membuat banyak warga panik. Suasana mencekam menyelimuti ibu kota.

Negara-negara, termasuk AS, mencoba mengevakuasi orang-orangnya dan sejumlah warga Afghanistan yang bekerja untuk mereka.

Di Bandara Hamid Karzai, Kabul, kekacauan merebak di segenap penjuru. Jatuhnya Kabul membuat banyak warga Afghanistan membanjir bandara tersebut agar bisa kabur dari sana.

Pada Minggu, satu unit pesawat angkut C-17 milik AS dengan kode penerbangan RCH 871 bertolak dari Kabul dengan tujuan Qatar.

Di saat pesawat bersiap untuk lepas landas, ratusan warga Afghanistan tiba-tiba berlarian di landasan pacu dan mendekati C-17.

Sejumlah video menunjukkan, mereka berlarian ke landasan pacu mencoba naik ke pesawat angkut militer tersebut.

Rekaman lain memperlihatkan ada dua orang yang tewas karena jatuh dari pesawat yang lepas landas meninggalkan Kabul.

Sebanyak 640 warga Afghanistan akhirnya berhasil memasuki pesawat angkut tersebut yang sebenarnya hanya berkapasitas 150 orang.

Seorang sumber menerangkan, daripada berusaha mengusir para pengungsi, kru C-17 memutuskan membawa ratusan orang bersama mereka.

Total, delapan orang tewas ketika warga berusaha mengungsi dari negara yang kini dikuasai kelompok Taliban itu.

Saat Kabul diselimuti suasana mencekam, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dilaporkan mengungsi ke Oman dengan helikopter penuh uang dan empat mobil.

Ghani meninggalkan Kabul pada Minggu dan menyerahkan kekuasaannya ke Taliban yang sudah mengepungnya.

Kedutaan Besar Rusia di Kabul mengeklaim, Ghani angkat kaki dengan pengawalan empat mobil dan helikopter yang penuh uang.

Di sisi lain, Presiden AS Joe Biden sekali lagi membela keputusannya menarik pasukan dari Afghanistan, yang berujung kepada berkuasanya Taliban.

"Saya adalah Presiden AS dan gangguan kecil tidak akan menghentikan saya," ujar dia dalam konferensi pers di Gedung Putih.

Presiden dari Partai Demokrat itu mengaku "sedih" dengan situasi yang mengkhawatirkan yang terjadi terutama di Kabul.

Sementara itu, BBC melaporkan bahwa para Taliban ada di berbagai titik di Kabul, termasuk di pos-pos pemeriksaan yang dulunya merupakan barikade polisi atau tentara Afganistan.

Kepanikan tidak begitu terlihat di Kabul pada Senin (16/8/2021). Kondisi pada Senin berbeda dengan yang terjadi pada Minggu.

Di sejumlah lokasi, milisi Taliban mengatur lalu lintas. Mereka menggeledah mobil, terutama kendaraan yang dulunya milik polisi dan tentara. Mereka telah mengambil semua kendaraan itu dan menggunakannya.

Warga takut dan merasa kondisi dapat berubah menjadi buruk kapan saja, sehingga mereka memilih untuk tetap tinggal di rumah.

Kondisi di pusat kota Kabul berbeda dengan Bandara Hamid Karzai. Di Bandara tersebut, ribuan orang masih memadatinya sambil berharap dapat pergi dari negara itu dengan menupang pesawat-pesawat evakuasi.

Selain itu, masih ada 15 Warga Negara Indonesia (WNI) yang masih berada di Afghanistan saat negara tersebut diambil alih Taliban.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemlu RI) Teuku Faizasyah mengatakan, pemerintah masih memperhatikan perkembangan di lapangan.

“Belum bisa dikonfirmasi waktunya (evakuasi) ... memperhatikan perkembangan di lapangan,” ujar Faizasyah kepada Kompas.com.

Pada Selasa (17/8/2021), Taliban menggelar konferensi pers pertama yang disampaikan oleh juru bicara kelompok tersebut, Zabihullah Mujahid.

Dalam konferensi pers tersebut, mereka berjanji menghormati hak perempuan Afghanistan menurut syariah (hukum Islam).

"Jika pertanyaan ini berdasarkan ideologi dan kepercayaan, tidak ada yang berubah," jelas Mujahid dilansir AFP.

"Tetapi, jika kami merujuk pada pengalaman, kematangan, dan persepsi, tidak diragukan lagi banyak perbedaannya," lanjutnya.

Mujahid menegaskan, Taliban berhak mengatur Afghanistan berdasarkan prinsip keagamaan yang mereka anut.

Mujahid mengatakan, wanita berhak mendapat pendidikan hingga jenjang universitas, yang sempat dilarang pada periode 1996-2001.

https://www.kompas.com/global/read/2021/08/18/102221070/3-hari-kuasa-taliban-di-afghanistan-640-orang-jejali-pesawat-as-milisi

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke