Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebulan Kasus Pembunuhan Presiden Haiti, Banyak Pertanyaan Belum Menukan Jawaban

Kompas.com - 08/08/2021, 10:29 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

PORT-AU-PRINCE, KOMPAS.com - Sebulan setelah kasus pembunuhan presiden Haiti tersebut, masih banyak pertanyaan yang belum kunjung mendapatkan jawaban tentang apa yang terjadi.

Pada 7 Juli lalu, dunia dikejutkan oleh pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise, yang memicu kekhawatiran memburuknya ketidakstabilan politik dan kekerasan geng di negara Karibia itu.

"Negara ini masih mencari jawaban," ujar Laurent Lamothe yang perdana menteri Haiti periode 2012 hingga 2014 kepada Al Jazeera dalam wawancara sebulan setelah kasus pembunuhan terjadi, pada Sabtu (7/8/2021).

Baca juga: Mantan Ibu Negara Haiti Curiga Pengusaha Kuat di Negaranya Terlibat Pembunuhan Presiden

"Negara ini masih terkejut. Masyarakat sangat kecewa. Informasinya lambat masuk dan semua orang menanyakan pertanyaan yang sama. Di mana dalangnya, yang bertanggung jawab untuk membayar operasi yang menghebohkan ini?" ungkap Lamothe, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Sabtu (7//8/2021).

Pihak berwenang Haiti mengatakan mereka telah menangkap 44 orang yang terkait dengan pembunuhan sang presiden, termasuk 12 petugas polisi Haiti, 18 orang Kolombia yang diduga bagian dari tim tentara bayaran, dan 2 orang Amerika keturunan Haiti.

Kepala petugas keamanan presiden Moise adalah di antara mereka yang ditahan sehubungan dengan plot pembunuhan, tapi pengacara Jean Laguel telah mengatakan penangkapan kliennya itu bermotif politik.

Pada Kamis (5/8/2021), pemerintah Haiti meminta bantuan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk melakukan penyelidikan internasional, dengan mengatakan bahwa Haiti menganggap serangan itu sebagai kejahatan internasional karena dugaan peran orang asing dalam perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaannya.

“Saya berharap PBB akan merespons dengan baik karena setidaknya itulah yang dapat dilakukan PBB untuk Haiti dan Karibia,” kata Lamothe,

“Mengingat bahwa Haiti adalah republik kulit hitam pertama di dunia dan kami layak mendapatkan semua kerja sama internasional. Cari tahu siapa yang membunuh presiden,” ungkapnya.

Baca juga: Mantan Ibu Negara Haiti Ungkap Bagaimana Dia Lolos di Malam Pembunuhan Presiden

Sementara itu, sistem peradilan Haiti telah berjuang menemukan hakim yang bersedia menyelidiki pembunuhan tersebut karena risikonya yang besar.

“Ini adalah dokumen politik yang sensitif. Sebelum setuju untuk menyelidikinya, seorang hakim memikirkan keselamatannya sendiri dan keluarganya," kata seorang hakim kepada kantor berita AFP yang tidak mau disebutkan namanya pekan ini.

“Karena itu, hakim investigasi tidak terlalu antusias menerimanya,” ujarnya.

Sejumlah hakim telah mengatakan kepada ketua Pengadiilan Tingkat Pertama di Port-au-Prince bahwa mereka tidak tertarik untuk menangani kasus pembunuhan presiden Haiti Jovenel Moise.

Hakim senior Bernard Saint-Vil mengatakan bahwa dia akan mengumumkan pada Kamis (5/8/2021) nama hakim investigasi yang dipilih untuk menangani kasus tersebut, tetapi itu tidak terjadi karena tidak ada hakim yang menginginkan pekerjaan itu.

Baca juga: Haiti: Permintaan Maaf Jaringan TV Korea Selatan “Tidak Cukup” soal Deskripsi Negara di Pembukaan Olimpiade

Apa langkah selanjutnya?

Banyak pertanyaan yang kemudian muncul tentang apa yang akan terjadi selanjutnya pada Haiti, di mana penduduk sudah menyatakan kekhawatiran bahwa dengan pembunuhan presiden Jovenel Moise menandakan kekerasan apa pun dapat meningkat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com