PORT-AU-PRINCE, KOMPAS.com - Janda dari Presiden Haiti yang terbunuh Jovenel Moise mengingat saat-saat mengerikan suaminya ditembak mati di sebelahnya, dan mengeklaim dia bisa selamat karena para pembunuh mengira dia sudah mati.
"Ketika mereka pergi, mereka mengira saya sudah mati," kata Martine Moise (47 tahun), kepada New York Times.
Baca juga: Diduga Terlibat Pembunuhan Presiden Haiti, Kepala Keamanan Moise Ditangkap
Presiden Moise dan Ibu Negara Martine sedang tidur di tempat tidur rumah mereka di perbukitan Port-au-Prince pada 7 Juli. Lalu suara tembakan yang memekakkan telinga terdengar, dan membangunkan mereka dalam keadaan panik.
Martine berlari membangunkan dua anaknya yang sudah dewasa. Dia menginstruksikan mereka bersembunyi dengan anjing keluarga di kamar mandi, satu-satunya ruangan tanpa jendela.
Presiden Moise menelepon kepala keamanannya dan menyuruh istrinya untuk berbaring di lantai.
“Di situlah saya pikir Anda akan aman,” dia ingat kata-kata suaminya. Ternyata itu adalah hal terakhir yang akan dia katakan kepada istrinya selama 25 tahun.
Beberapa saat kemudian sekelompok pembunuh masuk ke kamar tidur presiden dan melepaskan tembakan.
Tembakan senjata mengenai Martine lebih dulu, di tangan dan siku, saat dia berbaring di lantai seperti yang diinstruksikan.
Sikunya hancur oleh tembakan dan mulutnya dipenuhi darah yang sudah memenuhi lantai tempat dia terbaring.
“Satu-satunya hal yang saya lihat sebelum mereka membunuhnya adalah sepatu bot mereka. Kemudian saya memejamkan mata, dan saya tidak melihat apa-apa lagi.”
Baca juga: Presiden Haiti Akhirnya Dimakamkan Selang 2 Pekan Setelah Dibunuh
Dia tetap tidak bergerak dan mendengarkan saat mereka mengobrak-abrik ruangan dengan jelas mencari sesuatu yang khusus.
“Bukan itu. Bukan itu,” dia mengingat mereka berkata dalam bahasa Spanyol, berulang-ulang dan berbicara di telepon saat mereka mencari-cari file presiden sampai, “Itu dia.”
"Mereka sedang mencari sesuatu di dalam ruangan, dan mereka menemukannya." Tapi Martine tidak tahu untuk apa perburuan itu.
Orang-orang itu keluar dari lokasi pembunuhan ketika salah satu menginjak kakinya dan yang lain menyorotkan senter ke matanya, mungkin memeriksa untuk melihat apakah dia masih hidup.
“Pada saat ini, saya merasa bahwa Saya tercekik karena ada darah di mulut saya dan saya tidak bisa bernapas," katanya melansir Daily Mail pada Jumat (30/7/2021).