LALIBELA, KOMPAS.com - Pemberontak dari wilayah utara Tigray Ethiopia menguasai kota Lalibela, sebuah situs warisan dunia UNESCO, di wilayah Amhara.
Lalibela adalah situs suci bagi jutaan orang Kristen Ortodoks, dan lokasi dari gereja peninggalan abad ke-13.
Warga Amhara telah melarikan diri dari serangan pemberontak Tigray, kata pejabat seperti yang dilansir Kompas.com dari BBC pada Jumat (6/8/2021).
Baca juga: Sekitar 50 Mayat Orang Tigray Ditemukan Mengambang di Sungai Sudan
Sejak perang pecah pada November, sudah ribuan orang Tigray tewas. Pertempuran sekarang menyebar ke Amhara dan Afar, wilayah lain yang berbatasan dengan Tigray.
Ancaman mematikan dari kelompok pemberontak membuat jutaan orang mengungsi.
Baik pasukan pemberontak Tigray maupun tentara Ethiopia dan sekutunya telah dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan perang.
Wakil Wali kota Lalibela, Mandefro Tadesse, mengatakan kepada BBC bahwa kotanya sudah berada di bawah kendali pemberontak Tigray.
Baca juga: Etiopia Umumkan Gencatan Senjata Sepihak di Tigray
Dia mengatakan tidak ada penembakan, tetapi penduduk melarikan diri dari kota dan dia khawatir tentang keamanan gereja-gereja bersejarah.
"Ini adalah warisan dunia, dan kita harus bekerja sama untuk menjamin harta ini tetap terjaga," kata Mandefro.
Departemen Luar Negeri AS meminta pasukan Tigray untuk menghormati warisan budaya Lalibela, karena Washington menjadi semakin prihatin atas konflik di sana.
Pemberontak Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) itu semakin gencar melakukan serangan setelah mendapatkan keuntungan teritorial pada Juni.
Baca juga: Serangan Udara Etiopia di Pasar Tigray: 64 Orang Tewas, 180 Luka-luka
Mereka telah merebut ibu kota regional Tigray Mekelle, setelah pasukan Ethiopia mundur dan pemerintah mengumumkan gencatan senjata sepihak.
TPLF adalah koalisi 4 partai yang berkuasa di daerah Tigray dari 1991 sampai digulingkan oleh pasukan federal pada November, dan ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh pemerintah Ethiopia.
Namun, para pemberontak mengatakan mereka adalah pemerintah daerah Tigray yang sah.
Awal pekan ini, seorang jenderal pemberontak mengatakan kepada BBC bahwa kelompok itu bertujuan untuk memaksa pemerintah federal mencabut blokade di wilayah tersebut dan menyetujui solusi politik untuk krisis di wilayah itu.
Baca juga: Dokumen PBB: 350.000 Orang di Tigray Etiopia Kelaparan
Pemerintah menyangkal ada blokade dan telah mengesampingkan adanya pembicaraan.
Namun, invasi TPLF ke Amhara dan Afar telah menuai kritik internasional, baik PBB maupun AS pada pekan ini menyerukan semua pihak untuk berhenti berperang.
Pemerintah Ethiopia mengatakan lebih dari 300.000 orang di Amhara dan Afar telah mengungsi.
Secara terpisah, PBB mengatakan 175 truk yang membawa bantuan kemanusiaan telah tiba di Tigray.
Namun, kepala Program Pangan Dunia PBB (WFP) memperingatkan bahwa lebih dari 100 truk yang dibutuhkan setiap harinya untuk menjangkau jutaan orang yang membutuhkan.
Pekerja bantuan kesulitan untuk mendapatkan akses ke sebagian besar wilayah Tigray karena ketidakamanan dan masalah birokrasi.
Baca juga: Tentara Bersenjata Ethiopia Gerebek Rumah Sakit di Tigray, Operasi Bedah Terganggu
Di kota Lalibela, ada 11 gereja gua monolitik peninggalan abad pertengahan, yang terbuat dari batu pahatan yang berasal dari abad ke-12 dan ke-13.
Gereja-gereja itu dibangun sebagai pengganti ziarah ke Tanah Suci, yang tidak terjangkau pada saat itu.
Gereja-gereja tersebut ditetapkan sebagai situs warisan dunia UNESCO pada 1978.
Mereka dirawat oleh para imam dari Gereja Tewahedo Ortodoks Ethiopia.
Baca juga: PBB: Kekerasan Seksual dan Kelaparan Jadi Strategi Perang di Tigray
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.