Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tentara Bersenjata Ethiopia Gerebek Rumah Sakit di Tigray, Operasi Bedah Terganggu

Kompas.com - 20/05/2021, 12:26 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber CNN

MEKELLE, KOMPAS.com - Tentara bersenjata senapan dan granat dari Ethiopia dan Eritrea menggerebek sebuah rumah sakit di wilayah Tigray utara yang dilanda perang pada awal pekan ini.

Melansir CNN pada Rabu (19/5/2021), para dokter mengungkapkan tentara bersenjata tersebut memblokir bantuan kemanusiaan kepada pasien rumah sakit.

Petugas medis di University Teaching and Referral Hospital berada di sekitar kota Axum, zona pusat Tigray, mengatakan bahwa tentara menyerbu pada Minggu dini hari waktu setempat (17/5/2021).

Baca juga: PBB: Kekerasan Seksual dan Kelaparan Jadi Strategi Perang di Tigray

Mereka menggerebek asrama mahasiswa, dokter, dan bangsal pasien, mengotori ruang operasi, serta menghentikan semua operasi bedah.

Para tentara bersenjata kembali lagi pada Senin (17/5/2021), setelah beberapa staf medis dan pasien melarikan diri. Mereka mencari orang-orang yang mereka tuduh "mencoreng citra negara" dalam laporan berita, kata dokter yang berbicara tanpa menyebut nama kepada CNN.

Mereka meminta "daftar nama dokter yang tidak akan bekerja sama dalam penyelidikan militer ke rumah sakit tersebut."

Organisasi kemanusiaan medis internasional Medecins Sans Frontieres (MSF) mengkonfirmasi insiden itu kepada CNN, mengatakan bahwa beberapa tentara pergi dari "bangsal ke bangsal mencari pasien, mengintimidasi penjaga, dan mengancam staf kesehatan."

Baca juga: Konflik Etiopia, Kasus Pemerkosaan Mengerikan Dilaporkan di Tigray

Pada Rabu (19/5/2021), pemerintah Amerika Serikat mengatakan pihaknya "sangat terganggu" oleh serangan tentara Ethiopia di rumah sakit tersebut, menggambarkan tindakan mereka sebagai "tidak dapat diterima."

"Kami sangat terganggu oleh laporan bahwa tentara telah menggerebek sebuah rumah sakit di wilayah Tigray, Ethiopia," kata seorang juru bicara Departemen Luar Negeri kepada CNN.

"Laporan yang dapat dipercaya ini adalah contoh lebih lanjut dari angkatan bersenjata di Tigray yang melakukan pelanggaran yang tidak dapat diterima dan harus dihentikan," lanjutnya.

Terlepas dari ancaman oleh tentara bersenjata terhadap mereka, staf medis mengatakan tidak menyesal berbicara kepada media.

Baca juga: Konflik Etiopia: Pemimpin Pasukan Tigray Belum Mau Menyerah

"Saya merasa seperti hidup di planet yang terisolasi, tanpa hukum atau aturan. Dunia harus membuka matanya bahwa orang-orang di Tigray hidup dalam anarki," kata staf di Rumah Sakit Pengajaran dan Rujukan Universitas Axum dalam sebuah pernyataan.

Pada Rabu (21/4/2021), tim CNN melakukan perjalanan dari ibu kota regional Mekelle ke kota bersejarah Axum.

Di dalam University Teaching and Referral Hospital Axum, CNN mewawancarai pekerja medis yang merinci efek bencana dari blokade, yang pokok adalah persediaan penting sangat rendah.

Baca juga: Konflik Etiopia: Roket dari Tigray Hantam Eritrea Lagi

Mereka meminta untuk tidak disebutkan namanya karena takut akan pembalasan, tetapi meminta agar CNN mengidentifikasi rumah sakit tersebut sehingga orang-orang di wilayah tersebut tahu bahwa mereka masih beroperasi.

Seorang dokter, yang masih di rumah sakit, mengatakan kepada CNN melalui pesan teks bahwa mereka hidup dalam ketakutan tentang apa yang akan terjadi ketika para tentara bersenjata kembali menyerbu lagi.

"Semua orang di rumah sakit sekarang tidak berdaya, dengan penahanan atau kematian yang datang kapan saja dari sekarang," tulis dokter tersebut.

Baca juga: PM Etiopia Perintahkan Serangan Terakhir untuk Menggempur Ibu Kota Tigray

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Global
Rusia Masukkan Presiden Zelensky ke Dalam Daftar Orang yang Diburu

Rusia Masukkan Presiden Zelensky ke Dalam Daftar Orang yang Diburu

Global
[UNIK GLOBAL] Viral Pria India Nikahi Ibu Mertua | Galon Air Jadi Simbol Baru Protes Pro-Palestina

[UNIK GLOBAL] Viral Pria India Nikahi Ibu Mertua | Galon Air Jadi Simbol Baru Protes Pro-Palestina

Global
Rusia Jatuhkan 4 Rudal Jarak Jauh ATACMS Buatan AS yang Ditembakkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 4 Rudal Jarak Jauh ATACMS Buatan AS yang Ditembakkan Ukraina

Global
Kelompok Bersenjata di Gaza Rampok Bank Palestina Rp 1,12 Triliun

Kelompok Bersenjata di Gaza Rampok Bank Palestina Rp 1,12 Triliun

Global
Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Dilanjutkan di Mesir

Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Dilanjutkan di Mesir

Global
Penembakan di Dekat Paris, 1 Tewas dan Melukai 6 Orang

Penembakan di Dekat Paris, 1 Tewas dan Melukai 6 Orang

Global
Populasi Menurun, Nyaris 4 Juta Rumah Kosong di Jepang

Populasi Menurun, Nyaris 4 Juta Rumah Kosong di Jepang

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com