MEKELLE, KOMPAS.com - Tentara bersenjata senapan dan granat dari Ethiopia dan Eritrea menggerebek sebuah rumah sakit di wilayah Tigray utara yang dilanda perang pada awal pekan ini.
Melansir CNN pada Rabu (19/5/2021), para dokter mengungkapkan tentara bersenjata tersebut memblokir bantuan kemanusiaan kepada pasien rumah sakit.
Petugas medis di University Teaching and Referral Hospital berada di sekitar kota Axum, zona pusat Tigray, mengatakan bahwa tentara menyerbu pada Minggu dini hari waktu setempat (17/5/2021).
Baca juga: PBB: Kekerasan Seksual dan Kelaparan Jadi Strategi Perang di Tigray
Mereka menggerebek asrama mahasiswa, dokter, dan bangsal pasien, mengotori ruang operasi, serta menghentikan semua operasi bedah.
Para tentara bersenjata kembali lagi pada Senin (17/5/2021), setelah beberapa staf medis dan pasien melarikan diri. Mereka mencari orang-orang yang mereka tuduh "mencoreng citra negara" dalam laporan berita, kata dokter yang berbicara tanpa menyebut nama kepada CNN.
Mereka meminta "daftar nama dokter yang tidak akan bekerja sama dalam penyelidikan militer ke rumah sakit tersebut."
Organisasi kemanusiaan medis internasional Medecins Sans Frontieres (MSF) mengkonfirmasi insiden itu kepada CNN, mengatakan bahwa beberapa tentara pergi dari "bangsal ke bangsal mencari pasien, mengintimidasi penjaga, dan mengancam staf kesehatan."
Baca juga: Konflik Etiopia, Kasus Pemerkosaan Mengerikan Dilaporkan di Tigray
Pada Rabu (19/5/2021), pemerintah Amerika Serikat mengatakan pihaknya "sangat terganggu" oleh serangan tentara Ethiopia di rumah sakit tersebut, menggambarkan tindakan mereka sebagai "tidak dapat diterima."
"Kami sangat terganggu oleh laporan bahwa tentara telah menggerebek sebuah rumah sakit di wilayah Tigray, Ethiopia," kata seorang juru bicara Departemen Luar Negeri kepada CNN.
"Laporan yang dapat dipercaya ini adalah contoh lebih lanjut dari angkatan bersenjata di Tigray yang melakukan pelanggaran yang tidak dapat diterima dan harus dihentikan," lanjutnya.
Terlepas dari ancaman oleh tentara bersenjata terhadap mereka, staf medis mengatakan tidak menyesal berbicara kepada media.
Baca juga: Konflik Etiopia: Pemimpin Pasukan Tigray Belum Mau Menyerah
"Saya merasa seperti hidup di planet yang terisolasi, tanpa hukum atau aturan. Dunia harus membuka matanya bahwa orang-orang di Tigray hidup dalam anarki," kata staf di Rumah Sakit Pengajaran dan Rujukan Universitas Axum dalam sebuah pernyataan.
Pada Rabu (21/4/2021), tim CNN melakukan perjalanan dari ibu kota regional Mekelle ke kota bersejarah Axum.
Di dalam University Teaching and Referral Hospital Axum, CNN mewawancarai pekerja medis yang merinci efek bencana dari blokade, yang pokok adalah persediaan penting sangat rendah.
Baca juga: Konflik Etiopia: Roket dari Tigray Hantam Eritrea Lagi
Mereka meminta untuk tidak disebutkan namanya karena takut akan pembalasan, tetapi meminta agar CNN mengidentifikasi rumah sakit tersebut sehingga orang-orang di wilayah tersebut tahu bahwa mereka masih beroperasi.
Seorang dokter, yang masih di rumah sakit, mengatakan kepada CNN melalui pesan teks bahwa mereka hidup dalam ketakutan tentang apa yang akan terjadi ketika para tentara bersenjata kembali menyerbu lagi.
"Semua orang di rumah sakit sekarang tidak berdaya, dengan penahanan atau kematian yang datang kapan saja dari sekarang," tulis dokter tersebut.
Baca juga: PM Etiopia Perintahkan Serangan Terakhir untuk Menggempur Ibu Kota Tigray
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.