TEHERAN, KOMPAS.com – Ulama Syiah garis keras, Ebrahim Raisi, mengambil sumpah jabatannya sebagai Presiden Iran pada Kamis (5/8/2021).
Dengan demikian, dia resmi menggantikan Hassan Rouhani setelah memenangi pilpres Iran yang digelar pada Juni sebagaimana dilansir BBC.
Pelantikan Raisi terjadi ketika Iran menghadapi tantangan yang berkembang. Apalagi, perekonomian Teheran makin lumpuh akibat sanksi yang dijatuhkan AS.
Baca juga: Resmi Jadi Presiden Baru, Ebrahim Raisi Bertekad Lepaskan Iran dari “Penindasan” AS
Ketegangan antara Iran dengan AS telah meningkat sejak 2018.
Kala itu, Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran dan memulihkan sanksi terhadap Teheran.
Setelah mengambil sumpah jabatan di depan parlemen, Raisi menyatakan akan mendukung setiap rencana diplomatik yang bertujuan untuk mencabut sanksi.
"Rakyat Iran mengharapkan pemerintah baru untuk meningkatkan pendapatan mereka. Semua sanksi ilegal AS terhadap bangsa Iran harus dicabut," tutur Raisi.
Baca juga: Kapal Tanker Dubai Dibajak di Teluk Oman, Iran Dicurigai Pelakunya
Pria berusia 60 tahun itu dekat dengan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dan disebut-sebut sebagai calon penggantinya.
Senelumnya, Raisi dibanjiri dikritik atas catatan hak asasi manusianya. Banyak pihak menuduhnya terlibat dalam eksekusi ribuan tahanan politik pada 1988.
Washington juga menjatuhkan sanksi pada Raisi pada 2019 karena dugaan pelanggaran hak asasi manusia.
Baca juga: Lengser sebagai Presiden Iran, Hassan Rouhani Mengaku Pemerintah Tak Selalu Jujur
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.