Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lengser sebagai Presiden Iran, Hassan Rouhani Mengaku Pemerintah Tak Selalu Jujur

Kompas.com - 03/08/2021, 21:22 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP

DUBAI, KOMPAS.com - Hassan Rouhani, Presiden Iran yang baru lengser mengakui pemerintahnya kadang-kadang "tidak mengatakan sebagian kebenaran" kepada rakyatnya, selama delapan tahun masa jabatannya.

Hal itu disampaikannya pada Minggu (1/8/2021), saat ia bersiap untuk meninggalkan jabatannya, ketika kesepakatan nuklir yang ditandatanganinya dan kekuatan dunia terkoyak dan hubungan negara yang sangat tegang dengan Barat.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Profil: Ayatollah Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Iran yang Lebih Berkuasa dari Presiden

Komentar Presiden Hassan Rouhani, yang ditayangkan di televisi pemerintah, muncul ketika para pejabat di pemerintahannya tampak tidak berdaya. Dalam beberapa bulan terakhir, Iran tertekan serangkaian krisis mulai dari pandemi virus corona, hingga kekeringan yang memicu protes publik.

Pernyataan Rouhani tampaknya ditujukan untuk mengakui masalah yang dihadapi pemerintahnya di saat-saat yang semakin menipis.

Beberapa hari sebelumnya, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei menceramahi kegagalan pemerintahannya dalam negosiasi nuklir Iran.

Adapun Presiden terpilih Ebrahim Raisi, anak didik Khamenei, akan dilantik minggu ini.

"Apa yang kami katakan kepada orang-orang tidak bertentangan dengan kenyataan, tetapi kami tidak mengatakan sebagian kebenaran kepada orang-orang," kata Rouhani pada pertemuan Kabinet terakhirnya sebagai presiden.

“Karena saya tidak menganggapnya berguna dan saya khawatir itu akan merusak persatuan nasional.”

Baca juga: Atlet Korea Selatan Sebut Atlet Iran Teroris, Tagar #SouthKoreaRacist Trending di Twitter

Dia tidak merinci apa yang dia maksud dengan pernyataannya. Namun, selama masa jabatannya, Pengawal Revolusi paramiliter Iran secara keliru menembak jatuh sebuah pesawat komersial dan menewaskan 176 orang di dalamnya pada Januari 2020.

Pemerintah Hassan Rouhani menolak mengakui kesalahan itu selama berhari-hari sampai negara-negara Barat mengumumkan kecurigaan mereka.

Rouhani, seorang yang relatif moderat dalam teokrasi Iran, bersikeras bahwa dia dan para pejabatnya melakukan yang terbaik.

“Jika kami memiliki cacat, kami meminta maaf kepada orang-orang dan meminta maaf dan belas kasihan kepada mereka,” kata Rouhani melansir AP.

Dia juga membahas soal kesepakatan nuklir 2015 negara itu dengan kekuatan dunia, yang membuat Iran setuju untuk membatasi pengayaan uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi.

Kesepakatan itu sekarang berantakan setelah Presiden ke-45 Amerika Serikat, Donald Trump itu secara sepihak menarik “Negeri Uncle Sam” dari kesepakatan itu pada Mei 2018.

Baca juga: Kapal Tanker Minyak Diserang di Lepas Pantai Oman Tewaskan Dua Awak, Israel Tuduh Iran

Rouhani menyalahkan banyak masalah Iran saat ini pada keputusan Trump, yang berujung pada jatuhnya mata uang rial Republik Islam itu.

Menurutnya, Iran memiliki rencana untuk meningkatkan angkatan bersenjatanya setelah berakhirnya embargo senjata PBB pada Oktober 2020. Tapi itu tidak dapat dilakukan karena masalah keuangannya.

"Kami tidak punya uang untuk membeli karena sanksi dan tidak menjual minyak, tapi kontrak sudah siap sepenuhnya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com