Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekaisaran Jepang Alami Krisis Ahli Waris, Usulan Wanita Naik Takhta Ditolak

Kompas.com - 29/07/2021, 18:47 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Daily Mail

TOKYO, KOMPAS.com - Jepang menolak usulan agar perempuan diizinkan untuk naik takhta, di tengah krisis suksesi keluarga kekaisaran yang anggotanya semakin menyusut.

Sebuah panel penasehat pemerintah, yang terdiri dari 21 anggota dari berbagai bidang, sedang berusaha menemukan solusi dari masalah penerus tahta ini.

Namun panel itu, dilaporkan tidak akan mempertimbangkan putri kekaisaran untuk diizinkan memerintah, menurut The Times, mengutip media Jepang pada Kamis (29/7/2021).

Ada dukungan publik untuk mengizinkan para putri naik ke Tahta Krisan, tetapi langkah seperti itu sangat ditentang oleh nasionalis konservatif yang berkuasa di Jepang.

Baca juga: Pemerintah Jepang Tolak Hentikan Olimpiade Tokyo meski Kasus Covid-19 Melonjak 149 Persen

Keluarga kekaisaran Jepang dianggap sebagai monarki tertua di dunia, dengan garis suksesi laki-laki yang tak terputus dan dapat ditelusuri kembali ke dua milenium.

Menurut mitologi, yang diakui oleh Istana Kekaisaran Jepang, Kaisar Jimmu yang legendaris, dikatakan sebagai keturunan dewi matahari dan dewa badai. Dia adalah kaisar Jepang pertama dari 126 Kaisar Jepang yang hingga saat ini dipimpin oleh Kaisar Naruhito.

Tapi masa depan garis kekaisaran dalam bahaya karena aturan ketat yang menyatakan hanya ahli waris laki-laki yang berhak duduk di atas takhta.

Ada kekurangan ahli waris laki-laki di antara Rumah Tangga Kekaisaran Jepang, yang telah menyusut menjadi hanya 18 anggota. Hanya tiga anggota di dalamnya yang memenuhi syarat sebagai ahli waris.

Penurunan anggota keluarga kerajaan Jepang terjadi terutama karena aturan yang mewajibkan putri kekaisaran menghapus gelarnya, jika mereka memilih untuk menikahi rakyat jelata.

Pilihan untuk mempertimbangkan apakah seorang wanita bisa naik takhta diperdebatkan tiga tahun lalu.

Isu itu muncul setelah keputusan bersejarah untuk mengizinkan Kaisar Akihito, 87 tahun, turun takhta.

Untuk mengamankan dukungan partai oposisi atas langkah Kaisar Akihito tersebut, pemerintah berjanji memeriksa kemungkinan reformasi suksesi kekaisaran.

Baca juga: Seniman Jepang Gambarkan Negara Peserta Olimpiade Sebagai Karakter Samurai, Ada Indonesia

Usulan reformasi suksesi

Salah satu pilihan untuk reformasi akan memungkinkan perempuan mempertahankan status kekaisaran mereka setelah menikah, terlepas dari status suami mereka. Dengan begitu calon anak laki-laki putri dapat bergabung dengan garis suksesi.

Tapi, hal ini ditentang oleh kaum tradisionalis yang berpendapat bahwa suksesi yang sah hanya dapat melewati garis laki-laki.

Kemungkinan lain yang akan diangkat oleh panel berkaitan dengan mantan keluarga bangsawan, yang status kekaisarannya dihapuskan selama Pendudukan AS di Jepang, menyusul kekalahan kekaisaran dalam Perang Dunia II.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com