Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seminggu Pembunuhan Presiden Haiti: Detail Perburuan Tentara Bayaran hingga Tersangka yang Terungkap

Kompas.com - 14/07/2021, 22:32 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNN

Pengepungan dini hari

Sebelum matahari terbit pada Rabu (7/7/3032) di negara Karibia itu, pasukan keamanan Haiti baru mengetahui bahwa Presiden sudah meninggal.

Para tersangka yang terjebak oleh penghalang jalan mereka memiliki setidaknya dua sandera, keduanya anggota pengawal Presiden, Unit Keamanan Umum Istana Nasional (USPN).

Aparat juga semakin yakin bahwa mereka menghadapi musuh asing, mungkin tentara bayaran yang disewa.

"Kami bisa mendengar mereka berbicara dan berteriak dalam bahasa Spanyol," kata sumber tersebut. "Mereka saling berkomunikasi, dan mereka tahu persis apa yang mereka hadapi."

Pasukan keamanan Haiti memilih untuk menunggu para buronan itu keluar, mengetahui bahwa malam yang sangat lembap, musim panas yang tidak berangin, dan kurangnya air minum akan melemahkan pertahanan mereka.

Persediaan botol air telah ditemukan di mobil mereka yang ditinggalkan.

Baca juga: Presiden Haiti Jovenel Moise Dituduh Korup oleh Christian Emmanuel Sanon, Sebelum Dibunuh

Panggilan ke Kolombia

Beberapa saat kemudian, sekitar pukul 7 pagi (8 pagi di Haiti), seorang wanita di pedesaan Kolombia menerima telepon dari saudara laki-lakinya, seorang pria yang digambarkan sebagai "pahlawan."

Jenny Capador mengatakan kepada CNN bahwa saudara laki-lakinya Duberney menelepon dari Haiti, tempat dia bekerja sebagai pengawal keamanan swasta. Pria itu mengaku ada sesuatu yang tidak beres dan sedang "dikepung.”

"Tapi dia mengatakan kepada saya untuk tidak khawatir, dan tidak memberi tahu ibu kami, bahwa semuanya akan baik-baik saja," katanya.

Capador mengeklaim kakaknya disewa untuk melindungi, bukan untuk membunuh. Dia tidak percaya kakaknya bertanggung jawab atas pembunuhan Presiden Moise.

Berjam-jam berlalu dan suhu naik, tanpa pergerakan dari kedua sisi, kata sumber CNN.

Akhirnya, pada pukul 3 sore Kamis (8/7/2021), pasukan Haiti melemparkan tiga tabung gas air mata ke jalan di depan toko, memungkinkan gumpalan gas yang tajam menyebar ke dalam.

Negosiasi dimulai melalui salah satu telepon sandera USPN segera setelah itu.

Tersangka pertama yang muncul dari gedung adalah seorang Haiti-Amerika, diikuti oleh yang lain. Pasangan itu mengidentifikasi diri mereka sebagai penerjemah.

Selanjutnya menuruni bukit datang dua sandera USPN, yang mengatakan kepada pasukan keamanan Haiti bahwa puluhan orang, bersenjatakan senapan serbu 5,56 mm, masih berada di dalam gedung beton.

"Awalnya, kami tidak tahu berapa banyak orang yang ada sampai para sandera dibebaskan. Kemudian para sandera mengatakan ada sekitar 25, dan saya berkata, 'Oh, oke, kita berurusan dengan satu peleton’,” terang narasumber CNN.

Baca juga: Terduga Dalang Pembunuhan Jovenel Moise Ingin Menggantikannya Jadi Presiden Haiti

Baku tembak

Sebuah garda depan kecil pasukan Haiti memulai serangan untuk merebut etalase yang diduduki.

Menurut sumber CNN, tentara bayaran yang diduga bersenjata lengkap, melemparkan granat ke pasukan keamanan Haiti, meskipun tidak meledak.

Setidaknya tiga tersangka tentara bayaran tewas dalam pertempuran itu.

Jejak tembak-menembak selama dua jam terlihat jelas di gedung itu sendiri, yang masih dipenuhi selongsong peluru dan pecahan kaca.

Di salah satu lorong sempit di belakang gedung, genangan darah, dan kumpulan lubang peluru di dinding menunjukkan tempat di mana seorang tersangka meninggal.

Tetapi sebagian besar kelompok yang diperkirakan akan ditangkap oleh pasukan keamanan Haiti telah menghilang.

Pasukan keamanan kemudian tahu bahwa para tersangka diam-diam melarikan diri ke atas bukit.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com