Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikut Demo Tolak Junta Militer, PNS Myanmar Tewas Disiksa Pasukan Keamanan

Kompas.com - 19/03/2021, 17:27 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

NAYPYIDAW, KOMPAS.com – Seorang PNS Myanmar yang bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil (CDM) dilaporkan tewas diduga karena disiksa pasukan keamanan.

PNS bernama Ko Tun Htet Aung (24) tersebut diduga disiksa dan dipukuli oleh tentara dan polisi saat ditahan di Monywa, Wilayah Sagaing, Myanmar.

PNS yang bekerja di kehutanan tersebut akrab dipanggil Phoe Nge, alias bocah laki-laki. Dia merupakan anggota termuda di keluarganya sebagaimana dilansir The Irrawaddy, Kamis (18/3/2021).

Dia ditangkap pada 15 Maret sekitar pukul 11.00 waktu setempat setelah meninggalkan rumah untuk bergabung dalam demonstrasi anti-kudeta.

Baca juga: Alasan Senjata Dicuri, Pasukan Keamanan Myanmar Geledah Sejumlah Desa

Dia meninggal karena pendarahan internal di kepalanya pada Kamis pukul 3:10 waktu setempat di Rumah Sakit Mandalay, kurang dari dua belas jam setelah dia dibebaskan dari tahanan.

Sebelum Ko Tun Htet Aung dibebaskan, pasukan keamanan telah menahannya di Rumah Sakit Umum Monywa.

Di sana, dia dikabarkan tidak mendapatkan perawatan medis yang layak, menurut keluarga Ko Tun Htet Aung.

Keluarganya juga tidak diizinkan untuk mengunjungi atau berkomunikasi dengannya.

Baca juga: Anak Junta Diburu Massa Anti-kudeta Militer Myanmar untuk Beri Hukuman Sosial

Saudara Ko Tun Htet Aung mengatakan kepada The Irrawaddy bahwa mereka hanya diperbolehkan mengirim pakaian.

“Ibu kami memohon kepada mereka (pasukan keamanan) setidaknya mengizinkan kami berbicara dengannya melalui telepon untuk mengetahui kondisi aslinya,” kata saudara Ko Tun Htet Aung.

“Tetapi kami tidak diizinkan untuk berbicara dengannya dan diberi tahu bahwa kondisinya tidak buruk dan hanya mengalami sedikit memar,” imbuhnya.

Ko Tun Htet Aung lantas dibebaskan pada Rabu (17/3/2021) setelah mereka menandatangani pengakuan yang mengatakan bahwa dia akan kembali bekerja setelah pulih.

Baca juga: Militer Myanmar Tambah Dakwaan Suap Kepada Aung San Suu Kyi, Terancam Hukuman 15 Tahun Penjara

Namun, saat dibebaskan, Ko Tun Htet Aung tidak dapat berjalan, matanya berwarna ungu kebiruan, dan dia hanya sadar untuk waktu yang singkat.

Keluarga Ko Tun Htet Aung lantas membawanya ke Rumah Sakit Mandalay untuk diberi perawatan lebih lanjut.

Ketika tersadar di ranjang rumah sakit, Ko Tun Htet Aung berbicara tentang perlunya melanjutkan perjuangan melawan junta militer.

“Dia mengatakan kepada saya, kakak laki-lakinya, bahwa kita harus memiliki senjata untuk berperang melawan mereka,” tutur saudara Ko Tun Htet Aung.

Baca juga: Demonstran Myanmar Lawan Balik Junta Militer, Gunakan Bom Molotov dan Ketapel

“Dia berkata ‘tolong izinkan saya melawan mereka. Saya harus melawan mereka. Mereka sangat kejam. Mereka memukuli wajah dan kepala saya’," imbuhnya.

Setelah itu, Ko Tun Htet Aung dinyatakan meninggal dunia.

“Sangat menyakitkan bagi saya untuk berpikir bahwa adik lelaki saya dipukuli secara brutal dan harus menderita kesakitan selama dua setengah hari tanpa pengobatan,” kata saudara Ko Tun Htet Aung.

“Kami telah kehilangan ratusan dalam revolusi ini. Saya tidak ingin melihat orang lain terbunuh, saya ingin mencapai tujuan karena kita sudah memiliki cukup banyak martir dalam revolusi ini,” lanjutnya.

Baca juga: Demi Myanmar Damai, Paus Fransiskus Siap Berlutut di Jalan

Militer Myanmar mengambil alih kekuasaan setelah menahan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi pada 1 Februari.

Sejak saat itu, gelombang demonstrasi menentang kudeta terus bergelora dan pasukan keamanan Myanmar membubarkan demonstran dengan kekerasan.

The Irrawaddy melaporkan, hampir 220 orang dilaporkan tewas dan lebih dari 2.100 orang telah ditahan sejak kudeta militer.

Baca juga: Sinyal Keretakan Hubungan, Biksu Myanmar Tuding Junta Militer Bunuh Warga Sipil

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com