Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imbas Brexit bagi Musik (1): Ed Sheeran hingga Sting Pun Waswas

Kompas.com - 28/02/2021, 23:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP, BBC

LONDON, KOMPAS.com - Tidak dapat tampil secara dekat dan langsung dengan pendengar selama pandemi Covid-19, telah menjadi waktu yang "sulit" bagi para musisi.

Hal ini juga diutarakan Anna Mae Kelly, musisi muda asal Inggris. Dia mengaku hanya bisa mengukir impiannya dihadapan layar komputernya. Aktifitas itu menjadi kenormalan baru baginya, yang mungkin juga dirasakan kebanyakan orang di seluruh dunia saat ini.

Kondisi tersebut jauh berbeda dengan atmosfer industri musik yang dinamis, dengan riuh penonton sebagai latar belakangnya.

Meski demikian, musisi berusia 17 tahun itu memilih untuk tetap berkarya, sembari memupuk harapan akan adanya hari yang lebih cerah ke depan. Sejak penguncian Covid-19 periode pertama Maret lalu di Inggris, Anna telah menulis lebih dari 30 lagu demo dan merilis empat lagu baru.

"Saya telah menulis lebih banyak daripada yang biasanya saya lakukan pada tahun lalu. Saya pikir saya telah meningkatkan cara saya menulis serta belajar bagaimana menghasilkan musik saya sendiri," katanya kepada BBC.

Dia memilih untuk tetap optimis, terus mencari kesempatan pertunjukan sebanyak mungkin. Termasuk untuk melakukan pertunjukan secara online untuk sementara waktu ini.

Baca juga: Brexit Resmi Berlaku, Inggris Langsung Siagakan 4 Kapal Patroli Angkatan Laut

Ongkos tambahan Brexit

Berbeda dengan Anna, pesimisme justru menghantui pekerja musik veteran di Negara Monarki itu. Kekhawatiran mereka sebenarnya sudah timbul jauh sebelum pandemi, tepatnya sejak Inggris memutuskan keluar dari Blok Uni Eropa (UE).

Pandemi virus corona mungkin menempatkan industri musik Inggris pada posisi kritis, namun dampak Brexit dinilai dapat benar-benar menghabisi sektor ini.

Masalahnya, sejak Inggris pecah kongsi dengan UE pada akhir 2020, warga Inggris tidak dapat lagi tinggal dan bekerja di mana pun dalam wilayah anggota blok tersebut.

Alhasil seniman Inggris sekarang harus mematuhi aturan yang berbeda di 27 negara UE. Mereka harus menegosiasikan visa untuk artis dan izin untuk peralatan.

Banyak yang mengatakan biaya dan birokrasi akan membuat artis Inggris tidak mungkin tampil di benua itu. Kondisi tersebut diyakini dapat membahayakan status negara itu sebagai pusat kesenian dunia.

Sebelumnya sebuah surat terbuka disampaikan oleh lebih dari 100 musisi Inggris. Mereka mengatakan aturan imigrasi pasca Brexit berarti akan mengharuskan musisi membayar ratusan poundsterling, mengisi formulir demi formulir dan menghabiskan berminggu-minggu menunggu persetujuan, baru dapat melakukan pekerjaannya.

Melalui surat tersebut, pekerja seni Inggris mendesak Perdana Menteri Boris Johnson "untuk menegosiasikan persyaratan baru dengan UE."

"Tidak bertindak sekarang bisa menimbulkan bahaya lebih lanjut dan akan menghancurkan tenaga kerja kreatif Inggris, industri kami dan posisi kami di panggung budaya internasional," kata surat itu mengutip AP.

Seruan serupa pada Januari 2021 disampaikan lebih dari 100 bintang terkemuka Inggris termasuk Ed Sheeran dan Sting.

Baca juga: Kesepakatan Dagang Pasca-Brexit, Ini 7 Poin yang Disepakati Inggris dan Uni Eropa

Kerugian budaya Inggris

Aktor terkemuka Inggris termasuk Ian McKellen, Patrick Stewart dan Julie Walters juga memberikan peringatan kepada pemerintah Boris Jhonson.

Mereka meminta pemerintah bisa agar artis Inggris dapat mengunjungi Uni Eropa tanpa visa. Jika tidak, dikhawatirkan sektor budaya Inggris menghadapi kerusakan yang tidak dapat diperbaiki,

Kepada AP, seorang perwakilan musisi Inggris mengatakan 111 miliar poundsterling (Rp 2,1 kuadriun) didapat dari sektor kreatif Inggris tiap tahunnya. Jumlah itu diyakini bisa terancam jika masalah ini tidak diselesaikan dalam beberapa bulan.

Deborah Annetts, kepala eksekutif dari Incorporated Society of Musicians (ISM), mengungkapkan kecemasannya terhadap krisi luar biasa yang menurutnya sedang terjadi di sektor musik Inggris.

"Kami akan kehilangan bagian yang sangat penting dari ekonomi kami kecuali pemerintah dapat mengatur perjanjian pembebasan visa,” katanya kepada Komite Budaya, Media dan Olahraga Parlemen.

Menurutnya, musisi sudah berpikir dengan putus asa apakah mereka memiliki karier yang tersisa atau apakah mereka harus berlatih kembali dalam beberapa kapasitas lain.

Inggris dan UE saling menyalahkan karena menolak persyaratan perjalanan artis sebagai bagian dari kesepakatan Brexit.

Pemerintah Inggris menyatakan kesepakatan perceraian UE tidak dapat dinegosiasikan ulang. Tetapi, pemerintah Boris Johnson berjanji akan mengupayakan kesepakatan bilateral untuk artis tur dengan anggota UE individu.

Baca juga: Pasca-Brexit Ini Dia Sejumlah Dampak Era Baru Hubungan Inggris-UE

Masalah jangka panjang

Survei yang dilakukan ISM selama empat tahun terakhir memperlihatkan peningkatan dampak Brexit kepada pekerja musik Inggris dari tahun ke tahun.

Semula setelah referendum Brexit pada 2016 hanya 19 persen pekerja industri musik mengaku terdampak kebijakan tersebut.

Namun survei terakhir pada 2020 menunjukkan 50,4 persen sudah merasakan dampak Brexit, yang seharusnya resmi berjalan pada 2021.

Sebanyak 71 persen responden merasa kesulitan mendapat kepastian janji kontak jangka panjang. Sementara 61 persen responden lainnya, merasa keaulitan mengamankan pekerjaannya bahkan sejak 2016 sampai saat ini.

Lebih dari separuh (52 persen) responden mengalami masalah terkait ketidakpastian mengenai kondisi pembayaran. Khususnya terkait pemotongan pajak dan jaminan sosial.

Paling ekstrem ada juga seniman yang mengalami pembatalan kerja hingga tawaran kerja di negara-negara Uni Eropa, yaitu sebanyak 12 persen responden. Artinya 1 dari 10 musisi setidaknya merasakan dampak terkestrem dari Brexit.

Survei Brexit kelima ISM berlangsung selama lima minggu di bulan Februari dan Maret 2020 dan memiliki 629 responden.

Responden berasal dari berbagai tenaga kerja musik termasuk untuk pemain, komposer, sutradara, manajer artis, guru, dan teknisi musik.

Responden meliputi berbagai genre musik, dari klasik hingga pop goth, jazz hingga teater musikal, folk hingga film musik. Mayoritas responden (91 persen) berbasis di Inggris.

Baca juga: Johnson Janji Ubah Inggris Jadi Negara Adidaya Sains Setelah Brexit

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com