Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perang: Ketika Sekutu AS-Kanada Serang Pulau Kosong dan Saling Bunuh, 300 Tentara Tewas

Kompas.com - 23/02/2021, 16:33 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

KISKA, KOMPAS.com - Pasukan Amerika Serikat (AS) dan Kanada yang merupakan Sekutu di Perang Dunia II, justru saling bunuh karena sama-sama mengira rekannya musuh, saat menyerang Pulau Kiska yang kosong.

Kisah perang ini terjadi pada 15 Agustus 1943. AS dan Kanada awalnya berencana melancarkan serangan amfibi di pulau Pasifik utara itu, untuk merebut benteng terakhir musuh dari pasukan Jepang.

Militer "Negeri Sakura" kala itu berhasil merebut berbagai kepulauan AS seperti Kiska dan Pulau Attu pada Juni 1942.

Baca juga: Kisah Perang Saudara Amerika yang Ditonton Warga Sambil Piknik Makan Sandwich

Business Insider mewartakan, operasi bernama Cottage Operation pun digelar dan Pulau Kiska menjadi sasaran pengeboman dahsyat.

Sejak Juli Pulau Kiska sudah dibombardir. Armada Angkatan Udara Ke-11 total menjatuhkan 424 ton bom ke pulau yang sebenarnya tak berpenghuni itu, tetapi tidak disadari AS dan Kanada.

Pada bulan yang sama, armada kapal perang AS menembakkan 330 ton peluru ke pulau itu dan berlanjut terus sampai Agustus kecuali jika cuaca buruk.

Invasi itu dilakukan oleh sekitar 34.426 tentara, yang 5.300 di antaranya adalah prajurit Kanada.

Ada juga kendaraan militer yang dikerahkan, seperti pesawat tempur dan kapal pengebom.

Baca juga: Kisah Perang: Garis Maginot, Benteng Keropos yang Dibanggakan Perancis

Detik-detik jelang saling bunuh

Angkatan Laut Sekutu (AS dan Kanada) saat menyerbu Pulau Kiska pada Agustus 1943.TASK and PURPOSE Angkatan Laut Sekutu (AS dan Kanada) saat menyerbu Pulau Kiska pada Agustus 1943.
Tanggal 15 Agustus 1943 pasukan AS yakni Divisi Infantri 7, Resimen Infantri 4, Resimen Infantri Gunung 87, dan Pasukan Layanan Khusus 1 mendarat di Kiska.

Brigade Infantri Gunung Ke-13 Kanada mendarat pada hari berikutnya.

Kemudian selama 2 hari berikutnya, pasukan kedua kubu menyelinap sambil diselimuti kabut tebal dan suara senapan mesin serta tembakan artileri.

Mereka termakan desas-desus adanya baku tembak dan sniper Jepang yang sulit dilihat. Padahal, pulau itu sama sekali tak berpenghuni.

Jepang sudah meninggalkan Pulau Kiska sejak 28 Juli atau hampir tiga minggu sebelum invasi AS-Kanada. Mereka menarik semua 5.183 personel di sana hanya dalam waktu tak sampai 1 jam.

Baca juga: Kisah Perang: Schwerer Gustav, Meriam Terbesar Sejagat Raya Milik Nazi

Melansir artikel Task and Purpose, pada 18 Agustus situasi makin runyam ketika kapal perusak AL Amner Read melindas ranjau di Pelabuhan Kiska, yang menewaskan 70 pelaut dan melukai 47 orang.

Korban lainnya banyak berjatuhan akibat tembakan sesama Sekutu, kecelakaan kendaraan, ledakan ranjau darat, dan jebakan.

Secara total Operation Cottage memakan 92 nyawa dan 221 tentara luka-luka, beberapa di antaranya dalam kondisi yang mengenaskan.

Alasan Jepang kosongkan Kiska

Pantauan udara dari AU Amerika Serikat di Pulau Kiska sekitar tahun 1943.US ARMY AIR FORCES via WIKIMEDIA COMMONS Pantauan udara dari AU Amerika Serikat di Pulau Kiska sekitar tahun 1943.
Cerita bermula pada Mei tahun itu ketika pasukan Sekutu menyerang benteng Jepang lainnya di Kepulauan Aleut yaitu Pulau Attu.

Tepatnya tanggal 10 Mei 1943 Operasi Landcrab dimulai. Pasukan Sekutu menyerang Pulau Attu, dan Jepang membangun lapangan udara secara terburu-buru untuk mencegah AS mencapai daratan Jepang.

Sekutu akhirnya berhasil merebut kembali Attu dari Jepang, dengan jumlah korban tewas 3.829 dari 16.000 tentara Sekutu.

Namun di kubu Jepang, hanya 29 yang tewas dari 2.650 tentara yang bertempur.

Baca juga: Kisah Perang: Tank Fury dan Cerita-cerita yang Tak Diungkap di Film

Kesuksesan di Attu membuat Sekutu makin berhasarat merebut Kiska, benteng musuh terakhir di Amerika Utara yang diduduki Jepang sejak 7 Juni 1942.

Sekutu memperkirakan mereka bakal mendapat perlawanan sengit lagi, karena setiap berhadapan dengan Jepang banyak korban tewas berjatuhan di pihak mereka.

Petinggi militer Amerika memprediksi Jepang akan bersembunyi di pedalaman agar punya ruang tembak yang bagus untuk membantai Sekutu saat mendarat.

Sebenarnya dari pengintaian sudah menunjukkan tidak ada aktivitas musuh di Kiska untuk menangkal serangan amfibi.

Namun, Sekutu tidak langsung percaya karena meyakini budaya bushido Jepang membuat mereka disiplin dan enggan menyerah.

Baca juga: Kisah Perang Anglo-Zanzibar: Baru 2 Menit Sultan Kabur, Istana Hancur, 38 Menit Selesai

Sebaliknya di sisi Jepang, pola pikir mereka berlawanan dengan Sekutu.

Jepang tak mau ada korban lebih banyak dengan tak mau mengulang insiden Attu di Kiska.

Akhirnya mereka mengosongkan Kiska, karena merasa kependudukan di sana tak ada gunanya dan personel lebih banyak dibutuhkan di wilayah Pasifik lainnya.

Saat pasukan Sekutu menyerang Kiska dengan kekuatan penuh pada 15 Agustus, pulau itu sudah kosong melompong, hanya ada anjing liar.

Serangan di Kiska pun menjadi saksi bisu bumerang akibat salah persepsi dan asumsi, seperti yang ditulis Del Kostka dalam buku Aleutian Island Campaign.

Baca juga: Kisah Perang: Chris Kyle, Sosok di Balik Legenda American Sniper

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com