Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[Biografi Tokoh Dunia] Abiy Ahmed, Pemenang Nobel Perdamaian yang Kini Pimpin Perang Saudara di Ethiopia

Kompas.com - 20/02/2021, 21:46 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Dia adalah pemimpin Organisasi Demokratik Rakyat Oromo (OPDO), salah satu dari empat partai etnis yang membentuk koalisi Front Demokrasi Revolusioner Rakyat Ethiopia (EPRDF) yang berkuasa.

Abiy lahir di kota Agaro di Oromia dan berasal dari keluarga campuran Kristen-Muslim. Dia bergabung dengan OPDO pada akhir 1980-an.

Di militer, ia naik pangkat letnan kolonel, sebelum menjadi pendiri dan direktur Badan Jaringan dan Keamanan Informasi Negara. Lembaga ini bertanggung jawab atas keamanan dunia maya Ethiopia yang akses internetnya selalu dikontrol ketat oleh pemerintah terdahulu.

Setelah itu dia menjadi Menteri IPTEK. Saat itu janjinya adalah untuk membebaskan sektor telekomunikasi, yang masih didominasi oleh monopoli milik negara.

Namun, kebiasaan lama tampaknya sulit dihilangkan. Pada Juni 2019 internet diblokir di seluruh negeri selama beberapa minggu.

Pihak berwenang tidak pernah memberikan alasan atas hal itu. Tetapi tindakan tersebut bertepatan dengan penyelenggaraan ujian nasional dan mungkin merupakan upaya kejam untuk mencegah kecurangan.

Kecepatannya mengubah Ethiopia belum pernah terjadi sebelumnya, tetapi seharusnya tidak mengejutkan.

Dia memaparkan visi politiknya dalam komentar yang dibuat untuk Gerakan Demokratik Rakyat Ethiopia Selatan (SEPDM), sebuah partai konstituen dari koalisi yang berkuasa, pada Oktober 2017.

Saat itu, secara tegas dia mengatakan tidak ada pilihan bagi Ethiopia selain bersatu. Bukan sekadar bekerja sama dan membantu satu sama lain, tetapi bersatu untuk hidup bersama. Jika tidak maka pilihan lainnya adalah membunuh satu sama lain.

"Namun, tidak ada orang waras yang akan memilih untuk ini (membunuh). Jadi, pilihan kita adalah harus percaya satu sama lain, menyembuhkan luka kita bersama dan bekerja sama untuk membangun negara kita," kata Abiy mengutip BBC.

Baca juga: Sengketa Bendungan GERD di Sungai Nil, Ethiopia Yakin Tak Rugikan Siapa Pun

Penentangan terhadap reformasinya

Tapi tidak semua orang senang dengan kecepatan perubahan di negara kawasan Afrika itu.

Pada Juni 2018, Abiy menjadi sasaran serangan. Dua orang dinyatakan tewas dalam ledakan di rapat umum yang diadakan untuk menunjukkan dukungan untuknya.

Ada juga beberapa penentangan terhadapnya di provinsi Tigray, yang dulu mendominasi negara itu.

Masih di tahun yang sama, sekelompok tentara berbaris ke kantornya untuk menuntut kenaikan gaji. Beberapa dari tentara dalam aksi protes itu secara terang-terangan membawa senjata.

Awalnya, foto dirinya melakukan press-up dengan tentara membuatnya dipuji karena berhasil meredakan situasi yang berpotensi berbahaya. Namun, dia kemudian mengatakan beberapa dari tentara ingin membunuhnya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com