Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Thailand Perintahkan Oposisi Hapus Video Kritik Soal Vaksin Covid-19

Kompas.com - 01/02/2021, 19:09 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

BANGKOK, KOMPAS.com - Pengadilan Thailand memerintahkan pimpinan oposisi pemerintah untuk menghapus tuduhan di media sosial soal kebijakan vaksin virus corona dari pemerintah.

Perintah yang dikeluarkan pada Minggu (1/2/2021), ditujukan pada pihak oposisi yang menuding program vaksin Covid-19 pemerintah tidak jelas, dan secara tidak adil mendukung perusahaan yang dimiliki oleh raja.

Namun politisi oposisi, Thanathorn Juangroongruangkit, membantah video itu ilegal, dan mendesak YouTube dan Facebook menjaga kebebasan berekspresi.

Reuters melaporkan video itu masih bisa dilihat pada Minggu malam (1/2/2021).

Kementerian Digital Thailand mengatakan Pengadilan Kriminal Thailand memutuskan bahwa unggahan Thanathorn di media sosial, dan situs web dapat melanggar keamanan nasional.

Video-video tersebut menuduh pemerintah Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha kurang transparan dalam program vaksin Covid-19.

Pasalnya, pemerintah mengizinkan Siam Bioscience, yang dimiliki oleh Raja Maha Vajiralongkorn, untuk memasok sebagian besar dosis. Padahal menurutnya perusahaan itu dinilai kurang berpengalaman soal vaksin.

Baca juga: Sempat Tersangkut Skandal Foto Bugil, Selir Raja Thailand Diangkat Jadi Ratu

Para kritikus mengatakan mantan pemimpin junta Prayuth mencurangi pemungutan suara dalam pemilihan 2019 untuk mempertahankan kekuasaan.

Tuduhan itu dibantahnya. Prayuth malah menuding oposisi telah melanggar aturan yang dianggap tabu di Thailand karena terus mengkritik monarki.

Siam Bioscience menerima subsidi 600 juta baht (20 juta dollar AS setara Rp 280 miliar). Dana itu untuk mengembangkan kapasitas dalam memproduksi vaksin AstraZeneca di dalam negeri dan di seluruh Asia Tenggara.

Pengadilan tidak berkomentar saat dihubungi oleh Reuters.

Gerakan yang dipimpin Thanathorn mengatakan belum menerima keputusan itu.

"Kami terus menekankan bahwa konten tersebut tidak salah atau merupakan ancaman bagi keamanan nasional," kayta Pannika Wanich, seorang anggota Gerakan Progresif terkemuka, dalam kicauannya di Twitter.

"Kami berharap YouTube dan Facebook akan mendukung hak dan kebebasan berekspresi."

Thanathorn dilarang berpolitik selama 10 tahun setelah pengadilan membubarkan partainya “Future Forward Party” tahun lalu. Partai oposisi itu dituduh melakukan pinjaman ilegal. Dia membantah tuduhan tersebut.

Baca juga: Berdebat Soal Ratu Kedua, Raja Thailand Marah dan Hancurkan Pergelangan Kaki Saudaranya

Sekarang pemerintah telah mengajukan kasus terhadapnya atas video tersebut. Dia dituding menghina keluarga kerajaan, dengan ancaman hukuman hingga 15 tahun penjara.

Pemerintah Thailand mengatakan manufaktur Siam Bioscience berada di jalur yang tepat untuk mengirimkan batch pertama sebanyak 61 juta dosis kepada publik pada Juni.

Belum ada komentar langsung dari Thanathorn atau Siam Bioscience atas keputusan pengadilan tersebut. Istana secara tradisional tidak mengomentari perselisihan politik.

Relatif tidak terdampak parah oleh Covid-19, Thailand pada Minggu melaporkan 829 kasus virus corona baru, sehingga total menjadi 18.782 kasus dan 77 kematian sejak wabah dimulai pada Januari 2020.

Baca juga: [VIDEO] Lebih dari 100 Ekor Monyet Gerebek Sebuah Ladang Desa di Thailand karena Kelaparan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com