BEIRUT, KOMPAS.com - Ledakan Beirut pada 4 Agustus 2020 tak hanya menewaskan lebih dari 200 orang dan melukai lebih dari 6.000 orang.
Atau semakin melumpuhkan Lebanon yang sudah dihajar oleh kemerosotan ekonomi dan pandemi Covid-19.
Ledakan di Beirut tahun lalu juga berdampak secara luas pada para korban yang selamat. Mereka yang kini tengah memperjuangkan kesehatan mental sejak peristiwa nahas itu.
Melansir Associated Press (AP), Senin (1/2/2021), inilah kisah para korban selamat dari salah satu peristiwa terburuk yang terjadi tahun lalu.
Baca juga: Ledakan Bahan Kimia di Pelabuhan Beirut Diduga Terkait dengan Pengusaha Suriah
Joana Dagher terbaring tak sadarkan diri. Dia mengalami pendarahan di bawah tumpukan puing bangunan apartemennya usai ledakan besar di pelabuhan Beirut.
Dagher berada di ambang kematian.
Wanita 33 tahun itu selamat karena keberanian suaminya yang mengeluarkannya dari puing-puing. Karena kebaikan orang yang tak dia kenal yang membawanya dengan mobil rusak.
Karena bantuan saudara perempuannya selama kekacauan di rumah sakit yang tengah kewalahan.
Namun sayangnya, Dagher tak ingat seluruhnya. Ibu dari 2 anak itu kehilangan ingatan selama 2 bulan karena trauma akibat ledakan. Termasuk memar dan lesi pada otak.
Baca juga: Mantan PM Lebanon dan Sejumlah Menteri Didakwa atas Ledakan Beirut
"Saya kehilangan kehidupan saya pada 4 Agustus," kata Dagher. "Saya kehilangan rumah saya, saya kehilangan ingatan, saya kehilangan 2 teman saya," imbuhnya yang mengacu pada tetangganya yang tewas akibat ledakan itu.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan