Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Referendum Kelapa Sawit dari Indonesia Makin Dekat, Publik Swiss Masih Ragu

Kompas.com - 28/01/2021, 16:27 WIB
Krisna Diantha Akassa,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

ZURICH, KOMPAS.com - Publik Swiss disebut masih ragu terkait dengan referendum kelapa sawit dari Indonesia yang akan digelar, menurut hasil jajak pendapat Tamedia Group, yang bermarkas di Zurich.

Dari 15.089 peserta jajak pendapat, 20 persen menyatakan masih menunggu perkembangan lebih lanjut, apakah menolak kelapa sawit masuk Indonesia, atau sebaliknya, menerima dengan lapang dada. Sementara 41 persen menyatakan menerima, dan 39 persen menolak.

Seperti yang dikobarkan Uniterre, LSM yang membawa masalah kelapa sawit ke pemilu Swiss, perusakan hutan di Indonesia dan tersainginya petani Swiss, menjadi alasan utama penolakan tersebut.

Baca juga: Kampanye Penolakan Kelapa Sawit Indonesia di Swiss Resmi Dimulai

Sementara yang menerima menyatakan pangsa pasar besar di Indonesia akan menggairahkan ekonomi Swiss.

Jajak pendapat dilakukan Tamedia Group pada 18 dan 19 Januari 2021, satu bulan setengah sebelum referendum dilakukan. Jajak pendapat ini akan dilakukan lagi oleh Tamedia Group sepekan menjalang coblosan dilangsungkan.

Jajak pendapat kedua, khususnya sepekan menjelang coblosan, paling menentukan kemana suara rakyat Swiss pada 7 Maret nanti mengalir.

Saat ini kampanye kedua kubu terus bergulir. Uniterre memusatkan serangan kampanyenya melalui isu lingkungan.

Antara lain memasang poster orang utan yang merana, atau perkebunan sawit yang luas. Selain itu, juga kampanye tentang perlindungan produk lokal yang terancam atas kedatangan kelapa sawit.

Sementara pemerintah konfederasi Swiss, bersama mayoritas parpol di Swiss, menyuarakan hanya produk kelapa sawit yang ramah lingkungan boleh masuk Swiss. Serta terbukanya peluang pasar di Indonesia, termasuk ASEAN.

Baca juga: Terus Diserang Uni Eropa Soal Kelapa Sawit, Akhirnya Malaysia Ajukan Komplain ke WTO

Pemerintah Konfederasi Swiss dan mayoritas parpol Swiss sejak awal mendukung masuknya produk kelapa sawit Indonesia ke Swiss melalui penandatanganan kerja sama dagang kedua negara.

Swiss akan memasukkan mesin mesin industri, produk kimia, obat obatan dan sejenisnya. Indonesia diperbolehkan memasukkan produk perikanan dan pertanian. Salah satunya produk kelapa sawit.

Dukungan terhadap masuknya produk kelapa sawit juga datang dari Economiesuisse, semacam Kamar Dagang Swiss, juga mengamini kerjasama dagang Swiss Indonesia.

Uniterre tidak terlalu terkejut dengan munculnya serangan balik ini. Menurut mereka, pemerintah dan parpol Swiss sejak awal sudah menyetujui kerja sama dagang tersebut.

Baca juga: Daftar 5 Perusahaan Penguasa Perkebunan Kelapa Sawit di Kalsel

Serangan telak ke Uniterre justru datang dari Schweizerische Bauernverband, (SBV) organ induk petani Swiss. SBV yang sebelumnya belum bersikap, akhirnya buka suara.

Organ induk petani Swiss ini menyatakan mendukung kerjasama dagang antara Swiss dan Indonesia. "Produk minyak sawit yang masuk Swiss, setelah kami berjuang di parlemen, tidak akan menyaingi minyak canola petani Swiss,“ kata Urs Schneider, Wakil Presiden SBV.

Perjuangan SBV, antara lain, adalah membatasi jumlah impor minyak kelapa sawit ke Swiss. "Serta harus menjaga lingkungan di sana,“ tambah Urs.

"Apa yang dilakukan SBV tidak menunjukkan dukungan terhadap lingkungan,“ kata Mathias Stalder kepada Kompas.com. Jika perjanjian kerja sama ini lolos, imbuh Mathias, maka akan masuk produk minyak sawit yang murah dan menggusur produk lokal.

Kampanye dua kubu sudah dimulai. Siapa pemenangnya, rakyat Swiss akan menentukannya pada 7 Maret mendatang.

Baca juga: 3 Pembakar Kantor Perkebunan Kelapa Sawit di Kalbar Ditetapkan sebagai Tersangka

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com