Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Didakwa Terlibat Kerusuhan Gedung Capitol, Pendukung Trump Bunuh Diri di Ruang Bawah Tanah

Kompas.com - 13/01/2021, 23:39 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Mirror

GEORGIA, KOMPAS.com - Seorang pendukung Donald Trump ditemukan tewas di ruang bawah tanah rumahnya. Dia diduga bunuh diri, beberapa hari setelah ditangkap dalam kerusuhan di Gedung Capitol Amerika Serikat.

Jasad Christopher Stanton Georgia, ditemukan oleh istrinya di rumah mereka di Alpharetta, Georgia, pada Sabtu pagi (9/1/2021) melansir Mirror.

Dalam panggilan darurat ke 911, sang istri mengatakan ada "darah di mana-mana." Dia juga memberi tahu operator panggilan bahwa dia sedang mencari senjata.

"Suamiku sudah meninggal," tambahnya, menurut laporan polisi yang dilihat oleh The Sun.

Georgia meninggal karena luka tembak, menurut kantor pemeriksa medis kepada afiliasi NBC 11Alive dan The Atlanta Journal-Constitution.

Dua senapan SKS semi-otomatis dikeluarkan dari rumah pria 53 tahun itu oleh petugas.

Baca juga: Tak Hanya Merusak, Massa Pro-Trump Juga Cemari Gedung Capitol dengan Urine dan Kotoran Manusia

Georgia telah didakwa atas keterlibatannya dalam pembobolan rusuh di gedung pemerintah Washington Rabu lalu.

Dokumen pengadilan menjelaskan bagaimana Georgia tetap berada di luar setelah jam malam pukul 6 sore di Washington. Aturan itu diberlakukan oleh penegak hukum setempat sebagai reaksi atas kerusuhan tersebut.

Dia mendapat hukuman maksimum hingga 180 hari penjara dan/atau denda 1.000 dollar AS (Rp 14 juta).

Pria yang pernah mencari nafkah dengan menjual hiasan rambut ini, diketahui sempat menjadi manajer regional di perusahaan perbankan North Carolina BB&T.

“Saya tidak pernah mendengar dia berbicara buruk kepada siapa pun tentang siapa pun,” kenang tetangganya, Jace Carreras mengatakan kepada The Sun.

Menurutnya, Georgia adalah ayah yang penyayang.

Baca juga: Trump Sebut Pendukungnya yang Sebabkan Kekacauan di Capitol adalah Perusuh

Sebanyak lima orang dinyatakan tewas, setelah ratusan pendukung Presiden Trump memaksa masuk ke gedung Pemerintah, sebagai protes terhadap Kongres yang akan mengesahkan Joe Biden sebagai pemimpin baru AS.

Polisi Gedung Capitol AS mengumumkan pada Jumat (8/1/2021), Petugas Brian Sicknick, 42 tahun, meninggal karena luka-luka yang diderita selama bentrokan.

Dia meninggal pada Kamis setelah dilaporkan mendapat pukulan di kepala dengan alat pemadam kebakaran selama kerusuhan.

Veteran Angkatan Udara dan fanatik Trump, Ashli Babbitt (35 tahun) ditembak mati oleh polisi setelah diduga tidak mengindahkan seruan agar tidak menembus jauh ke dalam kompleks.

Rekan perusuh lainnya Kevin Greeson (55 tahun), Benjamin Phillips (50 tahun) dan Roseanne Boyland (34 tahun) semuanya tewas karena "alasan medis", menurut polisi.

Sedangkan seorang perwira lain diketahui telah mengambil nyawanya sendiri pasca kekacauan tersebut. Petugas Howard Liebengood (51 tahun) meninggal saat tidak bertugas pada Sabtu.

Sejak itu, diketahui bahwa FBI telah mendapat peringatan tentang rencana “perang yang akan dilakukan para ekstremis sebelum penyerbuan Gedung Capitol.

Baca juga: Donald Trump Tolak Bertanggung Jawab dalam Penyerbuan Gedung Capitol

Trump telah mendorong massa untuk mengarahkan protes langsung ke Gedung Parlemen. Seruan ini kemudian digolongkan sebagai hasutan kekerasan di media sosial, sebelum selanjutnya diblokir oleh Twitter dan Facebook.

Sejak itu, dia menolak untuk bertanggung jawab atas serangan itu. Dia menggambarkan upaya untuk mendakwa dia sebagai kelanjutan dari “perburuan terbesar” dalam sejarah politik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Biden Menyesal AS Kirim Senjata ke Israel yang Menewaskan Warga Palestina

Biden Menyesal AS Kirim Senjata ke Israel yang Menewaskan Warga Palestina

Global
AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

Global
[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

Global
Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Global
Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Global
Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Global
Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Global
Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Global
India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

Global
Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Global
Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Global
Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Global
Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Global
Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Global
Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com