Di dalam tulisan esainya yang diterbitkan The New York Times, Wilentz menulis, "bunuh diri adalah satu-satunya cara bagi perbudakan untuk mengambil alih tubuhnya sendiri, namun kekhawatiran menjadi zombie mungkin menjadi alasan mereka mengurungkan niat bunuh diri... Menjadi zombie adalah mimpi buruk tiap budak."
Baca juga: Capai 1 Juta Penjualan Tiket di Korea Selatan, Ini Sinopsis Film Zombie #Alive
Selama bertahun-tahun, para peneliti dan antropolog terkadang mencoba meneliti kepercayaan voodoo Haiti soal zombie.
Pada 1937, penulis Zora Neale Hurston pergi ke Haiti untuk meneliti bea cukai negara itu untuk bukunya, Tell My Horse. Pada 1943 dia diwawancarai untuk menjelaskan apa definisi zombie.
Hurston menjawab, "Zombie seharusnya adalah orang mati yang hidup; orang mati yang dibangkitkan tetapi tanpa jiwa mereka. Mereka dapat menerima perintah dan mereka seharusnya tidak pernah lelah sehingga mampu melaukan apa yang diperintah tuannya."
Baca juga: Lirik dan Chord Lagu Zombie - The Cranberries
Salah satu studi paling terkenal tentang zombie Haiti adalah buku dari seorang etno-botanis Wade Davis pada tahun 1985; The Serpent and the Rainbow: A Harvard Scientist's Astonishing Journey into the Secret Societies of Haitian Voodoo, Zombies and Magic.
Buku itu kontroversial, berisi tentang upaya mencari tahu asal-usul zombie. Wade mempelajari kasus Clairvius Narcisse, seorang pria yang diyakini telah berubah menjadi zombie padahal dia sebenarnya diracun ikan buntal dan kodok dan diberi obat halusinogen tetrodotoksin yang membuatnya terjaga, seakan-akan seperti zombie.
Publikasi penelitian sang etno-botanis membuat kehebohan dengan peneliti lain mengeklaim metodologi Wade Davis tidaklah ilmiah.
Bagaimana zombie bisa tercipta mungkin akan selalu menjadi misteri, namun mengapa folklor itu mengakar di Haiti bisa menjadi suatu kejelasan bahwa terminologi zombie mungkin benar sebagai representasi dari kekejaman kolonial terhadap budak-budak mereka di Afrika.
Baca juga: Terekam, Pelelangan Budak Afrika Seharga Rp 5,4 Juta Per Orang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.