Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buntut Peretasan Lembaga Pemerintah AS, NATO Langsung Cek Sistem Komputernya

Kompas.com - 20/12/2020, 15:23 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

BRUSSELS, KOMPAS.com - NATO pada Sabtu (19/12/2020) mengatakan, pihaknya sedang mengecek sistem komputernya setelah terjadi serangan siber besar-besaran yang menimpa lembaga-lembaga pemerintahan Amerika Serikat (AS).

Washington menuduh Moskwa berada di balik layar peretasan itu.

"Saat ini tidak ada bukti nyata yang ditemukan di jaringan NATO mana pun."

Baca juga: E-mail Kemenkeu AS dan NTIA Dijebol Hacker lewat Microsoft Office

"Para ahli kami terus memantau situasi, dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan mengurangi potensi risiko apa pun pada jaringan kami," kata seorang ofisial NATO kepada AFP.

Microsoft pada Kamis (17/12/2020) mengatakan, software antivirusnya mendeteksi gangguan di puluhan sistem jaringan, kebanyakan di AS, melalui software yang dipasok oleh perusahaan teknologi SolarWinds.

Ofisial NATO tadi juga menerangkan, organisasi yang bermarkas di Belgia itu memakai SolarWinds di beberapa sistem komputernya.

Baca juga: Hacker Rusia Diduga Jadi Dalang Peretasan E-mail Kemenkeu AS dan NTIA

"NATO juga memiliki tim reaksi cepat dunia maya yang siaga membantu sekutu 24 jam sehari, dan Pusat Operasi Ruang Siber kami terus beroperasi," kata ofisial itu yang tidak disebut namanya sesuai kebijakan NATO.

Presiden Microsoft Brad Smith dalam unggahannya di blog pada Kamis menyampaikan, peretasan itu adalah yang paling mengkhawatirkan dari beberapa serangan tahun ini.

Dia menambahkan, di luar AS ada jaringan di tujuh negara lain yang terdampak yaitu di Belgia, Inggris, Kanada, Israel, Meksiko, Spanyol, dan Uni Emirat Arab.

Baca juga: Departemen Keamanan Dalam Negeri AS Juga Diretas Setelah Kemenkeu dan NTIA

"Dapat dipastikan bahwa jumlah dan lokasi korban akan terus bertambah," imbuhnya.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada Jumat (18/12/2020) menuding Rusia terlibat dalam aksi peretasan ini, tetapi Moskwa membantahnya.

SolarWinds mengatakan, sekitar 18.000 pelanggan termasuk lembaga pemerintah dan perusahaan Fortune 500 telah mengunduh update software, yang diduga menjadi celah hacker untuk memantau lalu lintas e-mail.

Baca juga: AS Tuding Rusia Pelaku Serangan Siber atas Situs Pemerintahan Mereka

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com