CANBERRA, KOMPAS.com - Para peneliti dari Amerika Serikat (AS) menyimpulkan bahwa populasi hewan Tasmanian Devil atau marsupial antipodean hitam telah terkendali, melansir Daily Mail pada Kamis (10/12/2020).
Hewan ini sebelumnya terancam punah akibat kanker mematikan yang menghancurkan populasi mereka. Namun belakangan penyakit ini sudah menunjukkan tanda-tanda terkontrol.
Jumlah marsupial antipodean hitam, yang tumbuh seukuran anjing kecil, telah turun 80 persen sejak penyakit ini pertama kali terdeteksi pada tahun 1996.
Populasi mereka turun menjadi sedikitnya 20.000 ekor saat ini.
Peneliti menjelaskan, tingkat reproduksi hewan ini sekarang sekitar satu ekor. Artinya setiap Tasmanian Devil yang terinfeksi akan menularkan kanker setidaknya pada satu rekan mereka.
Baca juga: Dilaporkan Hampir Punah, Harimau Hitam di India Akhirnya Muncul
Penyakit yang dijuluki tumor wajah Tasmanian Devil ini adalah kanker fatal yang dapat menular melalui gigitan.
Luka gigit dari hewan terinfeksi menyebabkan massa tumor berkembang di wajah dan mulut hewan yang mendapat gigitan.
"Ini adalah kabar baik," kata penulis makalah dan ahli biologi Andrew Storfer dari Washington State University.
Menurutnya, untuk seterusnya kelangsungan hidup Tasmanian Devil bisa terjaga meski dengan jumlah dan postur yang lebih kecil dari populasi aslinya.
Sementara kepunahan tampaknya tidak akan terjadi meskipun hal itu telah diprediksi satu dekade lalu.
Baca juga: Habitatnya Tergerus, Platipus Spesies Asli Australia Terancam Punah
Berasal dari daratan Australia, Tasmanian Devil di alam liar hanya ditemukan di negara bagian pulau Tasmania, tempat mereka mengambil nama.
Awal tahun ini, populasi kecil yang berkembang biak juga telah diperkenalkan kembali ke New South Wales.
Mereka menjadi terkenal dalam budaya populer berkat karakter dalam kartun The Looney Tunes dan Merrie Melodies, bernama Taz yang awalnya adalah lawan main Bugs Bunny.
Penyelidikan sebelumnya tentang penyakit tumor wajah Tasmanian Devil biasanya mengandalkan studi lapangan dan pemodelan untuk memahami penyebaran kanker.
Dalam studi mereka, Profesor Storfer menggunakan analisis filodinamik. Metode itu dilakukan untuk menentukan bagaimana perubahan dalam kode genetik hewan ini dapat memengaruhi penyebaran penyakit.