Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wilton Gregory, Kardinal Kulit Hitam Pertama AS dan Harapan di Tengah Isu Rasialisme

Kompas.com - 27/10/2020, 08:42 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Uskup Agung Washington DC Wilton Gregory diangkat menjadi kardinal kulit hitam Amerika Serikat (AS) pertama di Gereja Katolik.

Pengangkatannya menjadi momen bersejarah, karena dilakukan beberapa bulan setelah "Negeri Paman Sam" diguncang isu ketidakadilan rasial.

Kenaikan Gregory diumumkan pada Minggu (25/10/2020) oleh Paus Fransiskus bersama 12 kardinal baru lainnya.

Baca juga: Pertama Kalinya, Paus Fransiskus Lantik Kardinal AS dari Kulit Hitam

Uskup Agung Gregory dipromosikan setelah dia dianggap berjasa membangun kembali Keuskupan Agung Washington DC yang sempat diguncang isu pelecehan seksual.

Gregory (72) ditahbiskan di kampung halamannya di Chicago pada 1973. Ia mengambil alil kepemimpinan keuskupan agung ibu kota tahun lalu, setelah menjabat sebagai Uskup Agung Atlanta sejak 2005.

Upacara pengangkatannya sebagai kardinal akan digelar pada Rabu (28/10/2020).

"Dengan sangat bersyukur dan rendah hati, saya berterima kasih kepada Paus Fransiskus atas pengangkatan ini, yang memungkinkan saya untuk bekerja lebih dekat dengannya dalam merawat Gereja Kristus," ucap Gregory dalam pernyataan yang dirilis keuskupan agung.

Dilansir dari Associated Press, Gregory berjasa membentuk penanganan "nol toleransi" gereja terhadap pelecehan seksual, saat menjabat sebagai ketua Konferensi Uskup Katolik AS 2001-2004.

Baca juga: Paus Fransiskus Bertemu dengan Kardinal George Pell yang Bebas dari Penjara

Sejak 2004 upaya gereja untuk menangani kasus pelecehan seksual membuahkan hasil dengan penurunan tajam dalam jumlah kasusnya. Namun, prosedur gereja untuk menangani pelecehan terus menuai kritik dari orang-orang yang merasa kurangnya konsistensi dan transparansi.

Baru-baru ini di tengah protes nasional yang dipicu kematian George Floyd di Minneapolis, Gregory mendapat sorotan utama karena mengkritik kunjungan Presiden Donald Trump ke Saint John Paul II National Shrine.

Kunjungan presiden itu dilakukan sehari setelah para demonstran dipaksa membuka jalan, untuk memfasilitasi kunjungan Trump ke sebuah gereja Episkopal di Washington.

Gregory berkata, "Mengherankan dan memalukan bahwa fasilitas Katolik mana pun membiarkan disalahgunakan dan dimanipulasi dengan begitu mengerikan."

Kemudian dalam dialog pada Juni yang dipandu Universitas Georgetown, Gregory berbicara secara gamblang tentang pendapatnya terhadap pembunuhan George Floyd. Ia menekankan nilai keterlibatan gereja dalam menekan masalah sosial.

Baca juga: Diduga Beli Bangunan Mewah Pakai Uang Gereja, Kardinal Vatikan Ini Mundur

"Gereja hidup dalam masyarakat. Gereja tidak tinggal di balik empat pintu bangunan tempat kami beribadah," kata Gregory dikutip dari AP.

Keuskupan Agung Washington DC kemudian membentuk inisiatif anti-rasialisme di bawah kepemimpinan Gregory, dengan menawarkan sesi doa khusus dan sesi mendengarkan.

Meski naiknya Gregory menjadi terobosan baru bagi kalangan kulit hitam di AS, tapi juga sudah diprediksi karena mengikuti pola Uskup Agung Washington DC yang diangkat jadi kardinal.

Sebanyak lima dari enam Uskup Agung di posisi Gregory sebelumnya kemudian diangkat menjadi kardinal.

Keuskupan Agung belakangan ini diguncang kasus pelecehan seksual. Dua pemimpin sebelumnya yakni Donald Wuerl dan Theodore McCarrick terlibat dalam skandal seks gereja.

Baca juga: Kardinal George Pell Akui Banyak Skandal Seks Anak di Gereja Australia sejak 1970-an

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com