Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Terpilih Lagi, Ini "Daftar Eksekusi" Trump

Kompas.com - 26/10/2020, 22:40 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Donald Trump disebut sudah menyiapkan "daftar eksekusi" jika dia menang kembali dalam Pilpres AS.

Daftar itu di antaranya memuat nama Direktur Biro Penyelidik Federal (FBI) Christopher Wray, Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) Gina Haspel.

Kemudian Menteri Pertahanan Mark Esper tak luput dari list orang-orang yang hendak dia singkirkan jika dia kembali menjadi presiden.

Baca juga: Presiden Rusia Tolak Tuduhan Trump terhadap Keluarga Joe Biden

Berdasarkan laporan yang dibuat oleh Axios, Haspel, Wray, dan Esper merupakan nama teratas dalam "daftar eksekusi" milik Trump.

Sumber dari Gedung Putih mengungkapkan, Wray dan Haspel "sangat dibenci dan tidak disukai oleh lingkaran dalam presiden".

Dua pejabat dari badan bergengsi di "Negeri Uncle Sam" itu disebut bakal dipecat secepatnya jika bukan karena perhelatan Pilpres AS.

Sang presiden disebut begitu kecewa dengan Wray karena FBI menolak untuk menyelidiki putra rivalnya, kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden.

Anak Biden, Hunter Biden, dituding Trump melakukan pelanggaran ketika berbisnis dengan perusahaan Ukraina, Burisma, dan sempat dipublikasikan oleh New York Post.

Presiden 74 tahun itu juga tak terkesan dengan Wray, karena organisasi yang dipimpinnya tak menyelidiki klaimnya terkait pelanggaran pada Pilpres AS 2016.

Baca juga: Efek Kebijakan Imigrasi Trump, Ratusan Anak Migran Terpisah dari Orangtua

Jika Trump sampai memecat Wray, pejabat anonim FBI menyatakan langkah itu bakal menjadi blunder. Karena mereka memberikan dukungan bagi Wray.

Haspel, sementara itu, berdsarkan sumber di Gedung Putih dipandang sebagai sosok manipulatif, di mana gerak-geriknya "selalu mencurigakan".

Presiden ke-45 AS tersebut dilaporkan begitu kesal dengan Haspel, yang menolak permintaan deklasifikasi dari Direktur Intelijen Nasional John ratcliffe.

Dokumen itu merupakan salah satu bagian dari penyelidikan terhadap pemerintahan Presiden Barack Obama, di mana dia diduga terlibat dengan Rusia.

Meski begitu, Haspel diyakini bakal mundur atas kemauannya sendiri, untuk melindungi sumber yang berhubungan dengan dokumen Rusia.

Baca juga: Mereka yang Tersakiti oleh Ucapan Trump Kirim Surat Terbuka ke Gedung Putih

Sementara Menteri Pertahanan Mark Esper juga masuk dalam radar berkaitan dengan demonstrasi kematian George Floyd, dilaporkan Daily Mirror Senin (26/10/2020).

Saat itu, Esper menolak untuk mengerahkan militer demi membubarkan demonstran, meski Trump berulang kali mendorong "penegakan ketertiban".

Esper, yang merupakan mantan perwira militer, juga terkesan menjaga jarak ketika presiden memerintahkan agar demonstran ditembak gas air mata.

Keputusan itu dilakukan supaya presiden dari Partai Republik tersebut bisa berfoto di depan Gereja Espikopal St John, yang kemudian menjadi kontroversi.

Juru bicara Esper Jonathan Hoffman menyatakan, suksesor James Mattis itu berkomitmen untuk memberi yang terbaik bagi militer dan negara.

Baca juga: Mengeluh Dapat Pertanyaan Sulit, Trump Ngambek dan Ancam CBS News

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com