Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/10/2020, 20:37 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Newsweek

MADRID, KOMPAS.com - Untuk kedua kalinya, Spanyol mendeklarasikan keadaan darurat pada Minggu (25/10/2020) karena kenaikan kasus virus corona.

Dalam pengumuman yang disampaikan Perdana Menteri Pedro Sanchez, keadaan luar biasa itu bakal diterapkan selama enam bulan ke depan.

Berdasarkan pernyataan dari PM Sanchez, keadaan darurat itu akan diterapkan di semua region Spanyol kecuali Kepulauan Canary.

Baca juga: Selamat dari Perang Dunia dan Flu Spanyol, Nenek 107 Tahun Ini Tak Khawatir Covid-19

Dilansir The Sun Senin (26/10/2020), peraturan itu mewajibkan adanya jam malam dengan jumlah pertemuan dibatasi hingga enam orang.

Agenda itu sejatinya hanya berlangsung selama dua pekan. Tetapi Sanchez meminta kepada parlemen untuk memperpanjang hingga 9 Mei tahun depan.

Penerapan pengetatan protokol kesehatan demi mencegah virus corona butuh persetujuan parlemen untuk bertahan setiap 15 hari.

"Saat ini kondisi yang kami hadapi begitu ekstrem. Kondisi ini krisis kesehatan paling serius selama 100 tahun terakhir," kata Sanchez.

Situasi ekstrem

Dalam keterangan Sanchez setelah memimpin rapat kabinet, perjalanan ke berbagai wilayah di Spanyol bakal dilarang berdasarkan aturan itu.

Setiap daerah di "Negeri Matador" harus menerapkan jam malam antara pukul 23.00 sampai 06.00, namun ada fleksibilitas selama satu jam.

Baca juga: Cara Spanyol Tekan Kasus Covid-19: Hai, Ini Tentara. Kamu Harus Karantina.

Catalan disebut merupakan wilayah yang lebih dahulu menerapkan kondisi itu pada Minggu, di mana mereka memberlakukan jam malam mulai pukul 22.00.

Kemudian berdasarkan penegakan protokol kesehatan, setiap toko atau lokasi hiburan untuk masyarakat harus ditutup paling lambat pukul 21.00.

PM Sanchez menyerukan kepada publik untuk tetap berada di rumah selama mungkin, supaya mereka tidak terjangkit Covid-19.

"Semakin lama kita berada di rumah, semakin sedikit kita berinteraksi dengan orang, semakin kecil potensi penularannya," ujar Sanchez.

Spanyol merupakan salah satu negara di Eropa yang paling parah terdampak Covid-19 pada awal 2020, di mana mereka langsung memberlakukan lockdown.

Baca juga: Dari Flu Spanyol sampai Covid-19, Bagaimana Cara 8 Restoran Tertua di New York Ini Bertahan?

Kini setelah mereka melonggarkan pembatasan sosialnya, negara di kawasan Semenanjung Iberia tersebut menghadapi gelombang kedua corona.

"Gelombang kedua ini sudah menjadi kenyataan. Bukan lagi realitas," papar Menteri Kesehatan Salvador Illa dalam konferensi pers di Madrid.

Wakil Presiden Kepulauan Canary Roman Rodrigyez dalam kicauannya di Twitter menyatakan, dia "puas" daerahnya tidak masuk ke dalam aturan tersebut.

Meski begitu, Rodrigyez menyerukan agar warga di daerah yang menjadi destinasi wisata dunia itu agar tak mengendurkan kewaspadaan.

Apalagi, kini Spanyol sudah mencatatkan satu juta kasus virus corona, dengan korban meninggal mencapai 34.752 orang.

Baca juga: Warga Spanyol Tuding Pemerintah Diskriminasi dalam Terapkan Lockdown Daerah Miskin

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com