MADRID, KOMPAS.com - Pemerintah Spanyol dilaporkan memberikan penghormatan bagi sekitar 28.400 korban meninggal Covid-19 pada Kamis (16/7/2020).
Upacara itu terjadi tiga pekan setelah mereka mencabut lockdown, dengan otoritas kesehatan mencatatkan adanya lebih dari 120 kasus baru.
Yang paling mengkhawatirkan dari kenaikan kasus itu terjadi di kota Lerida, dengan pemerintah regional Catalan memerintahkan 160.000 orang dikarantina.
Selain Catalan, pemerintah regional lain mengetatkan pencegahan Covid-19, dengan masker wajib dikenakan. Bahkan sekal pun sudah dalam jarak aman.
Mereka yang datang dalam upacara penghormatan untuk korban meninggal virus corona antara lain Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, serta diplomat Uni Eropa Josep Borrell.
Juru bicara Badan Kesehatan Dunia menerangkan, Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus juga akan bertolak ke Spanyol.
"Kedatangannya untuk menghormati banyaknya orang yang tewas karena wabah itu, dan menunjukkan dukungan kami untuk memeranginya," jelas juru bicara tersebut.
Selama momen peringatan, orkestra memainkan lagu kebangsaan Spanyol dan juga komposisi Johannes Brahms, Sacred Song, dengan keluarga korban akan memberi kesaksian.
Pemerintah, yang sempat dikritik atas penanganannya terhadap wabah, mendeklarasikan 10 hari masa berkabung pada akhir Mei lalu.
Baca juga: Hidup di Masa Flu Spanyol, Pasien 106 Tahun Ini Selamat dari Covid-19
Masa berkabung tersebut merupakan yang terlama sejak Negeri "Matador" kembali ke negara demokrasi, pasca-tumbangnya kedikatoran Jenderal Franco 1975 silam.
Berdasarkan data resmi Madrid, mereka menderita dengan 28.400 orang tewas karena Covid-19, di mana Spanyol jadi negara paling terdampak ketujuh di dunia dalam hal kematian.
Namun, angka yang dipaparkan Institut Statistik Nasional (INEI) dan Institut Kesehatan Carlos III menunjukkan, jumlah korban meninggal berada di angka 43.000-44.000.
Madrid menyatakan, jumlah tersebut jika ditambah mereka yang meninggal karena punya gejala virus corona, tapi belum mendapatkan pemeriksaan PCR.
Kini, dengan masyarakatnya kembali beraktivitas dan perbatasan dengan beberapa negara Eropa mulai dibuka, kasus mulai meningkat.
Baca juga: Mengenang Korban Covid-19, Spanyol Adakan 10 Hari Berkabung Nasional
Ketika wabah pertama kali menghantam, Perdana Menteri Pedro Sanchez mengumumkan kondisi darurat pada 14 Mei, dengan Spanyol jadi salah satu negara dengan lockdown terketat dunia.
Namun, pemerintah mencoba untuk tidak lagi menggunakan kebijakan itu. Mereka yakin pemerintah regional punya kemampuan mengendalikannya.
"Dengan puncak wabah sudah lewat, pemerintah regional sudah punya alat untuk menangkal situasi yang sama," jelas Wakil Perdana Menteri Carmen Calvo.
Calvo pada Selasa (14/7/2020) menerangkan, saat ini pihaknya mengantisipasi jika gelombang kedua mulai terjadi di seluruh negeri.
Baca juga: New Normal Spanyol, Madrid dan Barcelona Bergembira Bersama Rayakan Akhir Lockdown
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.