Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Protes Amendemen Konstitusi Rusia, 'Putin Harus Disalahkan atas Kemiskinan di Negara Kita'

Kompas.com - 16/07/2020, 14:38 WIB
Shintaloka Pradita Sicca,
Miranti Kencana Wirawan

Tim Redaksi

MOSKWA, KOMPAS.com - Puluhan orang ditangkap dalam aksi unjuk rasa yang menentang reformasi konstitusi, di mana Vladimir Putin diberi kesempatan untuk berkuasa menjadi presiden selama 16 tahun, pada Rabu (15/7/2020).

Ada sekitar 500 demonstran, yang banyak di antaranya menggunakan masker bertuliskan "tidak", menyerukan agar Putin mundur dari jabatannya, sambil mengangkat spanduk berisi penentangan reformasi konstitusi.

Polisi mengepung mereka dan mulai melakukan aksi penangkapan pada malam hari, setelah para peserta mulai melakukan pawai menuruni salah satu jalan utama kota.

Baca juga: Presiden Putin Ejek Bendera Pelangi yang Dikibarkan di Kedutaan AS

Lengkap dengan seragam anti huru-hara pasukan polisi menarik mundur para demonstran dan memasukan mereka ke dalam mobil polisi.

Melansir Reuters pada Kamis (16/7/2020), berdasarkan laporan dari kelompok hak asasi manusia Rusia, OVD-info, ada lebih dari 100 orang yang ditahan dalam aksi unjuk rasa tersebut.

Sementara itu, tidak ada konfirmasi segera dari pihak kepolisian mau pun pihak pemerintah terkait adanya penangkapan terhadap sejumlah orang tersebut.

Baca juga: Resmi Pimpin Rusia sampai 2036, Putin Tanda Tangani Perintah Eksekutif

Pada awal bulan ini, pemungutan suara telah dilakukan untuk mengamendemen konstitusi, yang digunakan untuk memberikan hak kepada Putin mencalonkan diri sebagai presiden lebih dari 2 periode.

Suatu langkah yang menjadi tanda kemenangan bagi Kremlin.

Aktivis oposisi mengatakan pemungutan suara yang berlangsung tidaklah sah, dan memang sudah saatnya Putin mundur menjadi presiden, di mana sudah 2 dekade ia menjabat sebagai presiden dan perdana menteri.

Baca juga: 78 Persen Warga Rusia Setuju Putin Berkuasa 16 Tahun Lagi

Seorang peserta aksi unjuk rasa mengatakan bahwa keikutsertaannya dalam aksi unjuk rasa ini adalah untuk menentang reformasi konstitusi.

"Saya datang ke sini untuk menandatangani petisi menentang reformasi konstitusi karena saya seorang nasionalis," kata seorang pria berusia 40 tahun.

Pria yang memakai kaus hitam ini dalam aksinya berteriak, "Putin adalah pencuri".

Baca juga: Referendum Beri Jalan Bagi Putin untuk Pimpin Rusia Selama 36 Tahun

Sementara, peserta unjuk rasa lainnya bernama Vasilisa mengatakan bahwa ia ikut dalam aksi unjuk rasa dan menandatangani petisi karena Putin, “yang harus disalahkan atas kemiskinan di negara kita”.

Perempuan 14 tahun ini juga berkata, "Orang gay terbunuh di sini, wanita dipukuli di sini, dan tidak ada yang pernah dimintai pertanggungjawaban."

Pekan lalu, 2 aktivis Rusia yang terlibat dalam kampanye menentang reformasi konstitusi ditahan, dan ada 5 orang aktivis lainnya yang rumahnya digeledah.

Baca juga: Putin: Dunia Berutang Budi pada Uni Soviet

Tindakan itu dilakukan menjelang rencana aksi unjuk rasa, yang saat itu belum disetujui oleh pihak berwenang.

Di Rusia, ditetapkan bahwa pertemuan massal dilarang dilakukan di ibu kota, karena pembatasan penyebaran Covid-19.

Bahkan, di waktu normal, unjuk rasa lebih dari 1 orang memerlukan persetujuan terlebih dahulu dari pihak berwenang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com