Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/10/2020, 17:42 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Bergaul dan kumpul-kumpul di kios sambil mengobrol dan minum, utamanya pada musim panas, ternyata sangat digemari oleh orang Jerman. Di beberapa kota, kios-kios mungil ini bahkan jadi nadi bagi komunitasnya.

Bayangkan suasana ini: Anda mengunjungi Jerman, tentunya di saat tanpa pandemi corona, bersama pasangan, keluarga, atau sahabat. Bayangkan juga bahwa saat itu adalah salah satu malam musim panas yang panjang di Eropa, saat matahari terbenam sekitar 22.00.

Jalan-jalan di kota dipenuhi orang-orang. Mereka makan, minum, dan tertawa, menikmati momen dan berharap musim panas tidak pernah berakhir.

Mungkin Anda berpikir, ini waktu yang tepat untuk pergi bergaul di restauran yang cantik, menyesap anggur atau minuman cocktail. Tapi tunggu dulu. Mengapa harus ke restauran? Tidak mau coba pergi ke kios terdekat saja?

"Kios?" Anda berpikir, "Tapi apa hubungannya suasana yang indah ini dengan kios?!"

Jawabannya: lumayan banyak. Bahkan Anda mungkin ingin mempertimbangkan kios sebagai alternatif hiburan yang cukup menyenangkan di malam hari.

Baca juga: Ekstrem, Pria Tua Jerman Semprot Merica untuk Jaga Jarak di Tengah Ketakutan Covid-19

Bukan sekadar murah meriah

Sudah umum diketahui di Jerman bahwa membeli alkohol di kios yang seringnya buka hingga larut malam, harganya bisa lebih murah daripada membelinya di bar.

Akan tetapi, karena harga beberapa jenis bir atau minuman anggur bisa jadi lebih murah daripada harga air minum di Jerman, mungkin Anda bertanya, apa iya perlu sebegitunya menghemat dan perhitungan?

Ternyata, nongkrong di kios bukan hanya masalah berhemat uang, seperti yang telah saya alami selama enam tahun terakhir tinggal di sini. "Ini masalah atmosfernya," beberapa teman Jerman memberi tahu saya.

Saya skeptis. Atmosfer seperti apa yang ditawarkan oleh paviliun kecil, seringnya kotor, yang terutama menjual produk tembakau dan minuman keras murah pada jam 2 pagi? Mungin demikian yang ada di benak Anda, dan saya.

Sebagai "hukuman" untuk skeptisisme saya, saya diperkenalkan dengan konsep Wegbier yang berfungsi sebagai minuman beralkohol pembuka dalam perjalanan ke pesta atau ke pertemuan, sebelum mengkonsumsi lebih banyak lagi alkohol.

Jadi, alih-alih minuman yang diminum sebelum makan, Wegbier dapat dipandang sebagai minuman sebelum minum yang bisa dibeli di kios. Kira-kira seperti minuman pertama yang akan mengkondisikan Anda ke dalam suasana untuk minum lebih banyak lagi.

Baca juga: Jerman Dakwa Operator Darknet dengan Lebih dari 249.000 Kejahatan Siber Lewat 900 Server Gelap

Budaya bergaul yang santai

Gambaran stereotip yang selama ini beredar tentang orang Jerman bukanlah sebagai orang yang hedonis dan gemar hidup mewah. Mereka seringnya digambarkan sebagai efisien, disiplin, atau rajin. Tapi mewah? Tidak terlalu.

Lagipula, kita berbicara tentang stereotip masyarakat yang bemar berkaus kaki dan sandal, dan suvenir T-shirt yang dibeli pada liburan di Mediterania baju yang lumrah untuk dipakai di depan umum.

Akibatnya, duduk di tangga kios dengan sebotol atau sekaleng bir tidak dipandang sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan. Sebaliknya, kegiatan sederhana ini dianggap menyenangkan dan terjangkau, untuk menikmati minuman beralkohol, soda, camilan larut malam atau sekadar mengobrol dengan kawan lama.

Ilustrasi kios di Jerman.DW Indonesia Ilustrasi kios di Jerman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com