Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Ada Orang yang secara Sukarela Mau Terinfeksi Virus Corona? Ini Alasannya

Kompas.com - 24/10/2020, 16:34 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

"Covid-19 bukan flu. Penyakit ini lebih intensif, lebih rumit. Saya tahu suhu badan akan meningkat, tenggorokan sakit, dan mungkin seluruh tubuh akan nyeri," kata Hatfield.

Akan tetapi, dia mengatakan tidak akan terkena penyakit "yang mengancam jiwa" dari percobaan ini.

"Ini mungkin adalah cara terbaik tertular virus karena kami akan diamati setiap waktu. Kami tidak akan menularkannya pada siapa pun. Selain itu, juga diawasi oleh pihak yang kompeten," sambung Hatfield.

Openshaw mengatakan, relawan hanya akan diberikan virus dalam dosis rendah untuk mengurangi risiko yang tidak diinginkan.

"Tujuan akhir penelitian ini bukanlah agar (relawan) demam tinggi atau hipoksia dan sebagainya. Kami berharap hal ini tidak terjadi karena kami berhati-hati dan memberikan dosis rendah," kata Openshaw.

Baca juga: Ini Dia, Video Games yang jadi Media Kampanye Politik AS di Tengah Pandemi Covid-19

Bagaimana dengan dampak jangka panjang?

Dampak jangka panjang penularan Covid-19 masih tidak jelas.

Walau kebanyakan pasien cepat pulih keadaannya, banyak juga yang melaporkan gejalanya bertahan selama berbulan-bulan.

Penelitian ini masih membutuhkan persetujuan resmi sebelum dapat dimulai Januari mendatang.

Namun, Pemerintah Inggris telah berjanji untuk menggelontorkan dana sebesar 60 juta poundsterling atau Rp 1,1 triliun.

Julian Savulescu, ahli filsafat dan bioetika di Oxford University, mengatakan sebuah pertanyaan terkait etika perlu dipertimbangkan.

Baca juga: Cara Aneh Presiden Tanzania Tangani Covid-19, Keampuhan yang Tutupi Sisi Gelap?

"Studi tantangan pada umumnya berisiko karena mereka menularkan virus ke orang lain. Dalam hal ini, tidak ada obat yang sempurna. Masih ada risiko dan bisa saja ada yang meninggal," kata Savulescu kepada ABC.

Namun, menurutnya, relawan yang sehat dapat mempertimbangkan sendiri risiko yang ada.

Selain itu, menolak relawan yang bersedia juga dinilai tidak etis.

"Ada orang yang mau memberikan ginjal mereka ke orang asing dan ada juga yang mau mengorbankan nyawa untuk negara mereka," ujar Julian.

"Menurut saya, masuk akal saja membiarkan orang untuk bersikap altruistik, terutama bila pengorbanan mereka dapat menyelamatkan ratusan bahkan ribuan nyawa di waktu mendatang," pungkasnya.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Jalur Lain yang Digunakan Virus Covid-19 untuk Masuki Sel Manusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com