Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[Cerita Dunia] Setahun Kematian Abu Bakar Al Baghdadi, Bagaimana Nasib ISIS?

Kompas.com - 17/10/2020, 16:00 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

KOMPAS.com - Tahun ini, tepat satu tahun kematian pemimpin ISIS Abu Bakar Al Baghdadi yang tewas dalam operasi elit Delta Force Amerika Serikat (AS), tepatnya pada Sabtu malam, 26 Oktober 2019 di barat laut Suriah.

Presiden AS Donald Trump mengklaim tewasnya Al Baghdadi pada satu hari sesudah operasi militer dilangsungkan.

"Abu Bakar Al Baghdadi sudah tewas. Dia, pendiri dan pemimpin ISIS, organisasi teroris paling kejam dan keras di dunia," ujar presiden Trump seperti dikutip BBC Indonesia pada 27 Oktober 2019.

Trump juga menerangkan kalau Baghdadi sempat merintih dan menangis sebelum meledakkan bom rompi.

Presiden AS itu juga menjelaskan bahwa operasi militer AS tidak sampai menelan korban di pihak AS namun sejumlah pengikut Al Baghdadi dan anggota keluarganya tewas.

Dengan dingin, Trump mengatakan bahwa Baghdadi mati seperti anjing. Dia 'merintih, menangis, mati seperti anjing.'

Baghdadi diceritakan Trump bersembunyi dalam terowongan dan membawa 3 anaknya. Ketika dikejar oleh anjing penyerbu, dia meledakkan bom rompi yang dipakainya.

Trump menjelaskan, "Dia tewas setelah berlari ke dalam terowongan buntu, merintih, menangis dan menjerit sepanjang waktu."

Baca juga: Perempuan Australia Ini Ditahan Lagi sebagai Anggota ISIS

Pengkhianatan anak buah

Operasi militer itu juga didukung oleh Rusia dengan membuka wilayah udara yang dikendalikannya sehingga AS dapat melancarkan serangan.

Untuk itu, presiden Trump mengucapkan rasa terima kasihnya.

Akan tetapi saat itu, Rusia dan Suriah meragukan kematian Baghdadi. Melansir RT, kementerian pertahanan Rusia mengatakan tidak ada data kredibel yang mampu menunjukkan bukti serangan terhadap Baghdadi.

Bahkan, pihak Rusia mengklaim tidak ada serangan udara apapun di Idlib. 

Selaras dengan Rusia, Presiden Suriah Bashar Al Assad mengatakan serangan itu tidak melibatkan koordinasi dengan negara lain dan publikasi akan kematian pemimpin ISIS itu sangatlah sedikit.

Diwartakan Kompas.com sebelumnya pada (23/12/2019), milisi Kurdi Suriah yang selama ini menjadi sekutu bagi Washington dalam memerangi ISIS mengumumkan jasa mereka dalam operasi militer itu.

Penasihat Senior Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dengan Kurdi sebagai tulang punggungnya mengatakan bahwa mereka berhasil memperoleh DNA Al Baghdadi.

DNA si Pemimpin ISIS itu diperoleh dari celana dalam yang didapatkan oleh sumber utama mereka.

Siapa sumber itu? Merujuk pada keterangan seorang pejabat AS, sumber itu adalah anak buah Baghdadi yang menaruh dendam karena keluarganya disakiti oleh Baghdadi.

Komandan SDF Mazloum Abdi mengatakan sumber itu adalah orang Arab yang punya banyak kerabat di ISIS namun dia tidak yakin lagi dengan masa depan kelompok itu.

Sumber itu tak hanya berhasil mencuri celana dalam Baghdadi namun juga dengan akurat menggambarkan detil lokasi persembunyian pemimpin tersebut seperti tata letak interior, jumlah lantai, berapa orang penjaga sampai terowongan persembunyian.

Karena "jasanya" AS mengapresiasi sumber itu dengan uang tunai 25 juta dollar AS atau sekitar Rp 350 miliar saat itu.

Kelompok militan ISIS sendiri akhirnya mengonfirmasi kematian pemimpin mereka itu sekaligus mengumumkan penggantinya pada 31 Oktober 2019 melalui pesan suara.

CNN melaporkan bahwa pesan suara yang dirilis media ISIS, Al Furqan, mengumumkan pemimpin baru mereka, Abu Ibrahim Al Hashimi Al Quraishi.

Sementara mayat Abu Bakar Al Baghdadi yang hancur karena bom bunuh diri menggunakan bom rompi seperti diceritakan presiden Trump, akhirnya dibuang ke laut setelah melewati serangkaian prosesi sesuai hukum Islam.

Baca juga: Inggris Kirim Bukti 2 Anggota ISIS Berjuluk The Beatles, ke AS

Siapa Abu Bakar Al Baghdadi?

Pemimpin ISIS itu bernama asli Ibrahim Awad Al Badri namun lebih dikenal dengan nama Abu Bakar Al Baghdadi. Pria itu disebut-sebut sebagai orang yang paling dicari di seluruh dunia.

AS menetapkan sosoknya sebagai teroris pada Oktober 2011 dan menawarkan uang sebesar Rp 140 triliun untuk siapapun yang bisa memberikan informasi untuk menangkapnya.

Dilahirkan di dekat Samarra, utara Baghdad, Irak pada 1971, Al Baghdadi sebelumnya dikenal sebagai imam masjid kota kelahirannya itu selama invasi AS di Irak pada 2003.

Dia dikenal memiliki keahlian taktik perang yang sangat terorganisir dan kejam.

Menurut beberapa kalangan, dia dipercaya sudah menjadi jihadis militan selama era Saddam Hussein berkuasa. Baghdadi juga dirumorkan pernah teradikalisasi selama 4 tahun di Kamp Bucca, sebuah fasilitas AS di Irak selatan yang banyak menahan komandan Al Qaeda.

Pada tahun 2010, Baghdadi tampil sebagai pemimpin Al Qaeda di Irak, kelompok militan yang akhirnya bergabung dengan ISIS.

Baca juga: ISIS Bajak Akun Penggemar Justin Bieber dan Sebarkan Propaganda

Kematian Baghdadi tidak mengubah apapun

Diwartakan ABC News, Badan Intelijen Pertahanan (DIA) dan Komando Pusat AS (CENTCOM) menurut laporan inspektur jenderal departemen pertahanan, menilai bahwa kematian Abu Bakar Al Baghdadi tahun lalu tidak berpengaruh pada struktur kepemimpinan ISIS.

"USCENTCOM dan DIA sama-sama menilai bahwa kematian Al Baghdadi pada Oktober tidak mengakibatkan penurunan langsung terhadap kemampuan ISIS," demikian ungkap laporan Pentagon awal Februari 2020.

Melansir New York Times (NYT) setelah para pemimpin mereka terbunuh, ISIS selalu berhasil menyusun sendiri sturuktur organisasi dan pergerakannya.

Pada tahun 2006, AS membunuh Abu Musab Al Zarqawi, pemimpin pendahulu ISIS dan pada 2010 bekerja dengan Irak membunuh kepala negara Islam Irak selanjutnya yang akhirnya membuka jalan bagi Al Baghdadi untuk membentuk negara Islam pada 2013.

Al Qaeda, seperti ISIS juga masih berdiri meski pendirinya, Osama bin Laden telah dibunuh AS pada 2011.

Operasi militer Al Qaeda juga menjadi lebih tersebar dalam beberapa tahun terakhir, dengan afiliasi di berbagai negara yang beroperasi secara independen.

Dengan kata lain, kematian Al Baghdadi tidak mengubah apapun. Kelompok bengis, kejam dan militan itu tetap memiliki kemampuan yang sama di Suriah dan di mana pun yang berpotensi untuk dirusak.

ISIS, seperti dikutip NYT, biasanya menguasai lapisan masyarakat yang tidak berfungsi, di mana perang, sektarianisme, dan tidak adanya struktur negara telah menciptakan lahan subur untuk menanamkan doktrinnya di kalangan Muslim Sunni.

Baca juga: Berniat Serang Hagia Sophia, Pemimpin ISIS di Turki Ditangkap

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com