TIKRIT, KOMPAS.com - Ali Hussein Kadhim, bersama sekitar 1.700 taruna di sekolah militer, ditangkap oleh milisi kelompok yang menamakan diri Negara Islam (ISIS) di kota Tikrit, Irak, pada 2014.
Tahun 2014 adalah awal masa kejayaan ISIS sebelum mereka dikalahkan oleh pasukan koalisi internasional.
ISIS menguasai wilayah-wilayah di Suriah dan Irak, termasuk Tikrit.
Baca juga: AS Janjikan 2 Anggota ISIS Berjuluk The Beatles Tak Akan Dihukum Mati
Di kota ini, ISIS antara lain membantai para taruna di sekolah militer Speicher. Dari pembantaian ini, Kadhim diketahui menjadi satu-satunya taruna yang lolos dari maut.
"Saya tidak pernah melupakan peristiwa ini," kata Kadhim kepada BBC.
Peringatan: Mungkin ada bagian yang membuat pembaca merasa tidak nyaman saat membaca artikel ini.
Episode kelam dalam kehidupan Kadhim berawal ketika ia memutuskan untuk menjadi tentara Irak pada 2014, tiga tahun setelah pasukan Amerika Serikat resmi ditarik mundur dari negara tersebut.
Kadhim memutuskan untuk menjadi tentara karena alasan ekonomi.
"Tidak ada pekerjaan lain yang bisa mencukupi kebutuhan keluarga," kata Kadhim.
Baca juga: Setahun Berlalu, Pasangan Ini Kisahkan Serangan ISIS Bunuh 60 Tamu Pernikahan Mereka
Ia tinggal di Al Diwaniyah di selatan ibu kota Baghdad, kawasan yang sebagian besar dihuni warga Syiah.
Menjadi tentara mengharuskan Kadhim untuk pindah ke Tikrit untuk menjalai pendidikan militer di satu tempat yang biasa disebut Kamp Speicher.
Keluarga dekat dan kawan-kawannya memperingatkan sebaiknya ia tidak mengambil pendidikan tentara di Tikrit tersebut.
Tikrit adalah kota asal Saddam Hussein, penguasa Irak yang digulingkan oleh koalisi internasional pimpinan Amerika. Kota ini dikenal sebagai basis kekuatan rezim Saddam Hussein.
Saddam dan pendukunnya berasal dari kalangan Sunni.
Baca juga: Tak Mau Berdamai, ISIS Mulai Rekrut Milisi Taliban
Kadhim, sebagai pemeluk Syiah, mengaku cukup khawatir berangkat ke pangkalan militer Tikrit.