Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perbedaan PM India Narendra Modi dan Trump di Tengah Dampak Krisis Virus Corona

Kompas.com - 17/09/2020, 21:53 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber CNN

Ramanan Laxminarayan, seorang peneliti senior di Universitas Princeton, mengatakan bahwa lockdown penting karena infeksi meningkat dengan cepat pada saat itu, dan membantu mengurangi penularan penyakit.

Yang lain, termasuk ahli virologi T. Jacob John, berpendapat bahwa lockdown diberlakukan terlalu dini dan terlalu luas, ketika kasus-kasus masih rendah dan terkonsentrasi di wilayah tertentu.

Akibatnya, lebih banyak orang yang terkena dampak perlambatan ekonomi daripada yang seharusnya, dan tidak cukup sumber daya yang tersedia untuk mendukung daerah kumuh, misalnya, di mana tindakan lockdown dan social distancing tidak mungkin dilakukan.

Sifat lockdown nasional yang tidak berkelanjutan hanya menunda penyebaran infeksi virus corona.

"Sekarang, ketika melihat ke belakang, saat itu jelas sebuah kesalahan. Kami seharusnya menunggu lebih lama. Karena (tindakan) kami tidak menghentikan pandemi," kata ekonom dan peraih Nobel, Abhijit Banerjee.

Apa yang disepakati sebagian besar ahli adalah bahwa lockdown India yang terbesar dan salah satu yang paling ketat di dunia, diberlakukan tanpa pemberitahuan atau perencanaan yang cukup.

Berlaku kurang dari 4 jam setelah diumumkan, tindakan tersebut membuat negara itu benar-benar macet dan memicu krisis migran.

Di kota-kota, buruh harian yang miskin tiba-tiba menjadi pengangguran.

Banyak yang tidak punya pilihan selain kembali ke desa asal mereka, tetapi kereta api dan transportasi umum ditangguhkan, sehingga beberapa orang berjalan sejauh ratusan mil.

Baca juga: Dampak Virus Corona, Wali Kota New York dan 495 Stafnya Bakal Dirumahkan

Ramanan Laxminarayan, seorang peneliti senior di Universitas Princeton menyebutkan bahwa beberapa hari pemberitahuan sebelum lockdown dilakukan, pemerintah mengatakan lockdown tidak akan merusak usaha, tetapi akan membantu pedagang kecil merencanakan usaha mereka.

"Membantu orang menentukan tempat, di mana mereka dapat bersiap untuk tinggal dalam jangka waktu yang lebih lama. Dan untuk membantu perusahaan besar untuk pindah ke cara kerja alternatif," kata Laxminarayan.

"Apa gunanya selamat dari Covid-19 hanya untuk mati kelaparan atau terdampar tanpa pekerjaan?" tandasnya.

Menurut Bank Dunia, sebagian besar dari 40 juta migran internal India terkena dampak lockdwon.

Sementara, Kementerian Tenaga Kerja India mengatakan tidak ada data di seluruh negara bagian yang tersedia tentang kematian pekerja migran selama lockdown.

Bukan oposisi sungguhan

Partai Bharatiya Janata (BJP) Modi bersikeras bahwa lockdown itu efektif dan perlu.

"Seandainya kami tidak mengumumkan lockdown saat kami melakukannya, jumlah kasus akan sangat berbeda hari ini," kata juru bicara nasional BJP, Syed Zafar Islam.

Menteri Kesehatan India Harsh Vardhan mengatakan pada Senin, lockdown adalah keputusan "berani" yang telah mencegah 78.000 kematian karena virus corona.

Kemenangan telak BJP dalam pemilihan nasional 2019, membuat partai oposisi terbesar, Kongres Nasional India (INC), putus asa dan dicengkeram oleh krisis kepemimpinan yang tak ada habisnya, serta pemberontakan dari dalam.

Karena oposisi yang lemah dan terfragmentasi, Modi belum menghadapi kritik bersama, kata analis.

Baca juga: Para Pemimpin Bisnis Peringatkan Semua Negara untuk Tidak Lakukan Nasionalisme Vaksin Virus Corona

Pengamat politik juga menunjukkan kurangnya liputan kritis dari media India.

"Stasiun berita televisi jarang meliput infrastruktur kesehatan India yang hancur dalam menghadapi pandemi yang menyebar dengan cepat," kata Ali.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com