Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perbedaan PM India Narendra Modi dan Trump di Tengah Dampak Krisis Virus Corona

Kompas.com - 17/09/2020, 21:53 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber CNN

"Selama berminggu-minggu, jaringan televisi India yang paling banyak ditonton secara obsesif berfokus pada bunuh diri seorang aktor Bollywood, bahkan ketika India menjadi hotspot global utama (penyebaran) pandemi ."

Berbeda dengan tokoh demokrasi lainnya, Modi jarang memberikan konferensi pers. Interaksi dengan media biasanya diserahkan kepada menteri pemerintahannya.

Sebaliknya, ia berbicara langsung kepada bangsa itu melalui siaran langsung televisi dan radio, membuat seruan emosional kepada publik untuk mengikuti kebijakannya.

"Saya sangat menyadari masalah yang Anda hadapi, beberapa terkait makanan, beberapa terkait perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, serta usaha untuk menjauh dari rumah dan keluarga (isolasi mandiri)," katanya dalam pidatonya di bulan April, saat memperpanjang penguncian.

"Namun, demi negara Anda, Anda memenuhi tugas Anda seperti tentara yang disiplin. Ini adalah kekuatan 'Kami, Rakyat India' yang dibicarakan oleh konstitusi kami," seru Modi.

Dibandingkan dengan para pendahulunya, Modi berusaha lebih keras untuk berbicara langsung dengan orang India biasa.

Pada Minggu terakhir setiap bulan, ia menyelenggarakan program radio yang disebut "Mann Ki Baat" atau "pemikiran batin" - yang biasanya menyentuh masalah budaya.

Beberapa pekerja migran yang kehilangan mata pencaharian mereka di lockdown menolak menyalahkan Modi atas kesulitan mereka.

Baca juga: Kasus Virus Corona di India Tembus 5 Juta, RS Khawatir Pasokan Oksigen

Subhash Das telah bekerja sebagai sopir di sebuah kota di barat daya New Delhi selama 10 tahun, ketika dia dipecat kurang dari sebulan karena lockdown.

Dia tidak punya pilihan selain kembali ke desa asalnya di India timur, dan telah berjuang untuk menafkahi keluarganya.

Dia mengatakan lockdown itu diperlukan dan membantu mengendalikan wabah, meski pun itu telah mengubah hidupnya.

"Saya tidak menyalahkan Perdana Menteri atas situasi saya. Orang-orang seperti saya menderita karena virus corona," katanya.

"Saya mencintai Modi. Dia telah berbuat banyak untuk desa saya. Dia memberi kami listrik dan rumah beton," ungkapnya.

Ritika Oberoi, yang kehilangan pekerjaannya sebagai manajer senior di sebuah biro perjalanan pada Mei, ketika perusahaan tersebut gulung tikar.

Baca juga: Trump: Vaksin Corona akan Siap Beberapa Pekan Lagi

Oberoi juga tidak meminta pertanggungjawaban kepada Modi. "Itu karena Covid-19 yang melanda industri perjalanan dengan parah," katanya.

Ketika pembatasan dicabut pada akhir Mei, infeksi mulai meningkat pada tingkat yang eksponensial. Butuh 5,6 bulan bagi India untuk mencatat 1 juta kasus pada 17 Juli.

Kemudian, butuh 3 minggu untuk mencapai 2 juta kasus virus corona, 16 hari untuk mencapai 3 juta, dan hanya 12 hari untuk melewati 4 juta di awal September, sebelum mencapai peringkat 5 juta pada Rabu (16/9/2020).

Laxminarayan, pakar kesehatan masyarakat di Universitas Princeton, mengatakan tidak mungkin India mengatasi epidemi karena sistem kesehatannya yang kurang dana, kepadatan penduduk yang tinggi, dan kurangnya kesadaran kesehatan masyarakat.

"Social distancing adalah kemewahan yang tidak pernah tersedia bagi kebanyakan orang India," katanya.

"Pada titik ini epidemi tidak terkendali dan akan menyebar ke seluruh populasi India sampai kita mencapai semacam kekebalan populasi," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com