Presiden PA Mahmoud Abbas mengatakan bahwa hanya penarikan Israel dari wilayah pendudukan yang dapat membawa perdamaian ke Timur Tengah.
Baca juga: Kewalahan Hadapi Balon Pembakar, Israel Gempur Jalur Gaza
Komando Nasional Perlawanan Rakyat Bersatu Palestina menyerukan protes untuk menolak kesepakatan normalisasi.
Dalam sebuah pernyataan, mereka menyerukan untuk Jumat (11/9/2020) dianggap sebagai "hari berkabung, di mana bendera hitam dikibarkan di semua alun-alun, gedung dan rumah".
Aktivis di media sosial meluncurkan tagar "Hari Hitam" dalam bahasa Arab, untuk menandai pengakuan resmi kedua negara Teluk itu bekerjasama dengan Israel.
Sami Abu Zuhri, juru bicara Hamas, mengatakan perjanjian Bahrain dan UEA tidak akan membawa perdamaian Israel di wilayah tersebut.
"Masyarakat di wilayah itu akan terus menganggap pendudukan Israel sebagai musuh sejati mereka," kata Zuhri.
Baca juga: Gempur Jalur Gaza, Tank Israel Tembaki Pos-pos Hamas Semalaman
Di Ramallah, ibukota de facto PA, ada protes kecil di mana 200 orang berkumpul di alun-alun.
Mohammad Mohanna, seorang pengunjuk rasa Palestina dari Hebron, berharap UEA dan Bahrain mundur dari perjanjian dengan Israel, dan kembali untuk mendukung orang-orang Palestina dengan cara yang sama, seperti yang selalu diketahui bersama.
"Dan kami berharap tidak ada negara Arab lain yang akan membuat kesepakatan dengan Israel," ujar Mohanna.
"Pada saat perusahaan di Barat memboikot Israel, dua negara Arab akan membuat perjanjian perdagangan dengannya."
Sekretaris komite pusat Partai Fatah, Jibril Rajoub, mengatakan kepada wartawan "apa yang terjadi hari ini di Washington adalah bentuk runtuhnya tatanan resmi Arab".
Baca juga: Setelah UEA dan Bahrain, Trump Berharap Arab Saudi Berdamai dengan Israel
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.