Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

September 1970: Black September, Peperangan Yordania Melawan Organisasi Pembebasan Palestina

Kompas.com - 15/09/2020, 16:04 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

Suriah pun tak tinggal diam. Mereka mengerahkan kendaraan lapis baja di bagian utara, membuat Hashemite sibuk menghadapi dua medan sekaligus.

Jurnalis AFP yang saat itu berada di lokasi menuliskan, tidak ada rumah yang selamat. Rata-rata hancur karena terjangan peluru dan senjata berat.

"Kamp Wahdat di Amman, yang berfungsi sebagai benteng PFLP, kini hanya seonggok puing-puing yang berasap," tulis si jurnalis saat itu.

Dalam pertempuran tersebut, Amman melaporkan 3.000 milisi Palestina, tentara mereka, dan warga sipil tewas, dengan PLO mengklaim jumlahnya puluhan ribu.

Baca juga: ‘Darah Rakyat Palestina’, Tulisan Protes Sebelum Timnas Israel Berlaga di Skotlandia

Palestina terusir

Pada 27 September 1970, setelah 10 hari konflik berdarah, sebuah gencatan senjata ditandantangani di ibu kota Mesir, Kairo.

Berdasarkan perjanjian tersebut, sandera tersisa yang ditawan oleh PFLP dibebaskan dua hari kemudian. Namun ada hal lain yang menjadi sorotan.

Merujuk kepada kesepakatan itu, para pejuang Palestina harus tinggal di Yordania. Tak pelak, perang pun berkobar lagi pada Januari serta Maret 1971.

Baca juga: Tindih Leher Pria Palestina, Tentara Israel Dikecam

Perdana Menteri Wasfi al-Tel kemudian memaksa Yasser Arafat dan para pengikutnya keluar pada Juli 1971, di mana mereka mengungsi ke Lebanon.

"(Pengusiran) itu tidak terhindarkan. Sebab, pada akhirnya apakah mereka atau kami yang malah terusir dari sini," tegas Raja Hussein.

Pada 1980-an, pada akhirnya sang raja dan Arafat melakukan perdamaian. Namun hingga raja meninggal pada 1999, hubungan mereka tetap diwarnai kecurigaan.

Organisasi Black September

Pada 28 November 1971, PM Tel, yang merupakan tangan kanan raja, dibunuh oleh kelompok radikal Palestina yang tergabung dalam Organisasi Black September.

Grup tersbeut melancarkan berbagai serangan. Namun yang paling mematikan adalah insiden menimpa atlet Israel di Olimpiade Muenchen, 1972.

Baca juga: Presiden Palestina Inisiasi Front Persatuan Palestina untuk Sikapi Perjanjian Damai Israel-UEA

Pada 5 September 1972, delapan pelaku masuk ke dalam kampung atlet. Mereka menembak mati dua orang dan menyandera smebilan lainnya.

Dalam pernyataannya, mereka mengancam bakal membunuh seluruh tawanan kecuali 232 orang Palestina yang ditahan dibebaskan.

Kepolisian Jerman Barat segera merespons dengan menggelar operasi penyelamatan. Namun, operais itu malah menjadi insiden baru.

Semua sembilan sandera, lima dari delapan pelaku, dan seorang petugas tewas. Peristiwa ini disikapi dengan kemarahan oleh Tel Aviv.

Perdana Menteri Golda Meir kemudian membentuk gugus tugas kecil bernama Komite X, dan merumuskan apa yang disebut sebagai "Operasi Murka Tuhan".

Baca juga: Pencaplokan Tepi Barat oleh Israel Ditunda atau Ditangguhkan? Palestina Tuduh UEA Bermain Retorika

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com