Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

September 1970: Black September, Peperangan Yordania Melawan Organisasi Pembebasan Palestina

Kompas.com - 15/09/2020, 16:04 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

PARIS, KOMPAS.com - Sekitar 50 tahun silam, militer Yordania menggelar serangan skala besar terhadap Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang dikenal sebagai Black September.

Serangan itu merupakan upaya kerajaan yang dipimpin Raja Hussein dari Dinasti Hashemite untuk merebut lagi wilayah mereka dari PLO.

Dilansir AFP Selasa (15/9/2020), berikut merupakan secuplik kronologi Black September yang berimplikasi pada kemenangan Yordania itu.

Baca juga: Liga Arab Tolak Permintaan Palestina untuk Kecam Normalisasi Hubungan UEA-Israel

Orang Palestina yang Radikal

Kekalahan negara Arab dalam Perang Enam Hari 1967, berdampak pada kemenangan Israel atas Tepi Barat dan kawasan lain, membuat pergerakan Palestina menjadi lebih radikal.

Yasser Arafat, yang kemudian menjadi Ketua PLO pada 1969, mendirikan kamp pelatihan dan militer bagi 40.000 pengikutnya, gerilyawan fedayeen, di Yordania.

Saat itu, Yordania menampung ratusan ribu pengungsi dari Palestina yang harus keluar dari tempatnya setelah Israel dibentuk pada 1948.

Namun, keputusan Yasser Arafat tersebut malah membuat PLO sekaan mendirikan negara di dalam negara dan memberikan kesulitan.

Suasana menjadi tidak aman dengan kabar penembakan menjadi lebih sering di jalanan Amman. Raja Hussein, yang tengah kesulitan mengontrol faksi di militernya, lolos dari upaya pembunuhan.

Pada pertegahan 1970-an, Yordania dan Mesir menerima usul AS, berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 242, mengenai pengakuan akan Israel.

Tetapi, Palestina menolak proposal tersebut.

Baca juga: UNCTAD: Palestina Terancam Alami Resesi Lebih Buruk karena Covid-19

Penindakan yang sengit

Pada awal September 1970, Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP), gerakan Marxis yang dipimpin George Habash, membajak lima pesawat.

Mereka kemudian menyruh tiga di antatanya mendarat di padang pasir, dan kemudian meledakannya setelah menyuruh ratusan penumpang keluar, dan menyandera puluhan lainnya.

Pada 17 September, Raja Hussein yang berang memerintahkan 50.000 tentara untuk menendang para gerilyawan Palestina dari kerajaannya.

Divisi tank, dengan wajah prajuritnya dihitamkan, membombardir kamp pengungsi dan pusat pelatihan di pinggiran ibu kota Amman.

Baca juga: Raja Salman ke Trump : Saudi Ingin Solusi yang Adil untuk Palestina

Keesokan harinya, pertempuran meluas hingga ke Irbid, Zarka, dan al-Ramtha di kawasan utara, disokong oleh serangan artileri.

Suriah pun tak tinggal diam. Mereka mengerahkan kendaraan lapis baja di bagian utara, membuat Hashemite sibuk menghadapi dua medan sekaligus.

Jurnalis AFP yang saat itu berada di lokasi menuliskan, tidak ada rumah yang selamat. Rata-rata hancur karena terjangan peluru dan senjata berat.

"Kamp Wahdat di Amman, yang berfungsi sebagai benteng PFLP, kini hanya seonggok puing-puing yang berasap," tulis si jurnalis saat itu.

Dalam pertempuran tersebut, Amman melaporkan 3.000 milisi Palestina, tentara mereka, dan warga sipil tewas, dengan PLO mengklaim jumlahnya puluhan ribu.

Baca juga: ‘Darah Rakyat Palestina’, Tulisan Protes Sebelum Timnas Israel Berlaga di Skotlandia

Salah satu operasi yang dirancang Hariri adalah perburuan atas anggota Black September.BBC Salah satu operasi yang dirancang Hariri adalah perburuan atas anggota Black September.

Palestina terusir

Pada 27 September 1970, setelah 10 hari konflik berdarah, sebuah gencatan senjata ditandantangani di ibu kota Mesir, Kairo.

Berdasarkan perjanjian tersebut, sandera tersisa yang ditawan oleh PFLP dibebaskan dua hari kemudian. Namun ada hal lain yang menjadi sorotan.

Merujuk kepada kesepakatan itu, para pejuang Palestina harus tinggal di Yordania. Tak pelak, perang pun berkobar lagi pada Januari serta Maret 1971.

Baca juga: Tindih Leher Pria Palestina, Tentara Israel Dikecam

Perdana Menteri Wasfi al-Tel kemudian memaksa Yasser Arafat dan para pengikutnya keluar pada Juli 1971, di mana mereka mengungsi ke Lebanon.

"(Pengusiran) itu tidak terhindarkan. Sebab, pada akhirnya apakah mereka atau kami yang malah terusir dari sini," tegas Raja Hussein.

Pada 1980-an, pada akhirnya sang raja dan Arafat melakukan perdamaian. Namun hingga raja meninggal pada 1999, hubungan mereka tetap diwarnai kecurigaan.

Organisasi Black September

Pada 28 November 1971, PM Tel, yang merupakan tangan kanan raja, dibunuh oleh kelompok radikal Palestina yang tergabung dalam Organisasi Black September.

Grup tersbeut melancarkan berbagai serangan. Namun yang paling mematikan adalah insiden menimpa atlet Israel di Olimpiade Muenchen, 1972.

Baca juga: Presiden Palestina Inisiasi Front Persatuan Palestina untuk Sikapi Perjanjian Damai Israel-UEA

Pada 5 September 1972, delapan pelaku masuk ke dalam kampung atlet. Mereka menembak mati dua orang dan menyandera smebilan lainnya.

Dalam pernyataannya, mereka mengancam bakal membunuh seluruh tawanan kecuali 232 orang Palestina yang ditahan dibebaskan.

Kepolisian Jerman Barat segera merespons dengan menggelar operasi penyelamatan. Namun, operais itu malah menjadi insiden baru.

Semua sembilan sandera, lima dari delapan pelaku, dan seorang petugas tewas. Peristiwa ini disikapi dengan kemarahan oleh Tel Aviv.

Perdana Menteri Golda Meir kemudian membentuk gugus tugas kecil bernama Komite X, dan merumuskan apa yang disebut sebagai "Operasi Murka Tuhan".

Baca juga: Pencaplokan Tepi Barat oleh Israel Ditunda atau Ditangguhkan? Palestina Tuduh UEA Bermain Retorika

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Global
Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Global
Jembatan Baltimore Runtuh, Apa Penyebab Pastinya dan Siapa Bertanggung Jawab?

Jembatan Baltimore Runtuh, Apa Penyebab Pastinya dan Siapa Bertanggung Jawab?

Global
Kisah Padmarajan, Orang India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi

Kisah Padmarajan, Orang India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi

Global
Apakah Resolusi PBB tentang Gencatan Senjata di Gaza Mengikat Israel?

Apakah Resolusi PBB tentang Gencatan Senjata di Gaza Mengikat Israel?

Internasional
Indonesia-Singapore Business Forum 2024 Bahas Arah Kebijakan Ekonomi RI Usai Pemilu

Indonesia-Singapore Business Forum 2024 Bahas Arah Kebijakan Ekonomi RI Usai Pemilu

Global
Tambah 2 Korban, Total Kematian akibat Suplemen Jepang Jadi 4 Orang

Tambah 2 Korban, Total Kematian akibat Suplemen Jepang Jadi 4 Orang

Global
Sapi Perah di AS Terdeteksi Idap Flu Burung

Sapi Perah di AS Terdeteksi Idap Flu Burung

Global
2 Jasad Korban Runtuhnya Jembatan Francis Scott Ditemukan

2 Jasad Korban Runtuhnya Jembatan Francis Scott Ditemukan

Global
Thailand Menuju Pelegalan Pernikahan Sesama Jenis

Thailand Menuju Pelegalan Pernikahan Sesama Jenis

Internasional
Anak Kecil Tewas Tersedot Pipa Selebar 30-40 Cm Tanpa Pengaman di Kolam Hotel

Anak Kecil Tewas Tersedot Pipa Selebar 30-40 Cm Tanpa Pengaman di Kolam Hotel

Global
Kebijakan Kontroversial Nayib Bukele Atasi Kejahatan di El Salvador

Kebijakan Kontroversial Nayib Bukele Atasi Kejahatan di El Salvador

Internasional
Rangkuman Hari Ke-763 Serangan Rusia ke Ukraina: 2 Agen Rusia Ditangkap | Ukraina-Rusia Saling Serang

Rangkuman Hari Ke-763 Serangan Rusia ke Ukraina: 2 Agen Rusia Ditangkap | Ukraina-Rusia Saling Serang

Global
Kepala Intelijen Rusia ke Korea Utara, Bahas Kerja Sama Keamanan

Kepala Intelijen Rusia ke Korea Utara, Bahas Kerja Sama Keamanan

Global
Pemimpin Hamas: Israel Keras Kepala dan Ingin Perang Terus Berlanjut

Pemimpin Hamas: Israel Keras Kepala dan Ingin Perang Terus Berlanjut

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com